Jago Fisika yang Punya Cita-Cita Jadi Manajer

Kamis, 11 Desember 2014 – 07:45 WIB
TEMPAT BENCANA: Rumpun bambu roboh di sekitar Surabaya Plaza. Insert, Ika (kanan) bersama salah seorang kawannya. Foto: Jawa Pos Dok

jpnn.com - AWAN duka masih menyelimuti rumah pasangan M. Saiful, 42; dan Endang Biastuti, 37; di Kalijudan Gang VII C/30. Mereka berusaha tegar setelah kehilangan anak semata wayangnya, Ika Arianti Putri, siswi kelas XII IPA-5, SMAN 6 Surabaya.

Gadis cantik itu merupakan korban tumbangnya rumpun bambu yang menghiasi pelataran parkir timur Plaza Surabaya, Selasa sore (9/12).
-----------
Laporan Dida Tenola, Surabaya
-----------
RABU pagi (10/12) rumah bersahaja di ujung gang itu tampak ramai. Pelayat berlalu-lalang menguatkan hati M. Saiful dan Endang Biastuti. Beberapa tetangga membantu pemilik rumah memasang tenda duka dan menata beberapa kursi plastik untuk tamu yang melayat.

BACA JUGA: Roys Yasbana, Kreator Aplikasi Musik Indie di Android

Kepada Jawa Pos, Saiful yang kesehariannya bekerja di pabrik pita kaset di kawasan Waru menceritakan memori indahnya bersama sang buah hati. Menjelang isya, beberapa saat setelah kejadian yang menimpa anaknya, dia mendapat telepon di kantornya.

Awalnya dia tidak mengira bahwa telepon dari salah seorang kerabatnya tersebut membawa kabar duka. ”Saya mikirnya masih positif meski teman bilang ada keadaan mendesak di rumah. Ndak tahunya, putri saya sudah nggak ada,” tuturnya.

BACA JUGA: Ingat Ayah Dibantai, Menangis di Komnas HAM

Di mata orang tuanya, sosok Ika merupakan pribadi yang manut, periang, dan tidak pernah membantah orang tuanya. Selain itu, prestasi sekolahnya selama ini selalu memuaskan hati mereka. Bahkan, di sekolahnya dara yang baru merayakan ulang tahun ke-17 pada April lalu tersebut dikenal sebagai siswi nomor satu.

Saiful menceritakan, anaknya bukan sosok yang rajin-rajin amat saat belajar di rumah. Hanya, sejak SD putri kesayangannya tersebut memang menunjukkan bakat di bidang eksakta.

BACA JUGA: Kanker sang Istri Mengantarkan ke Level Terhormat

”Sejak kelas V SD itu si Ika memang sudah kelihatan punya bakat pelajaran hitung-hitungan,” kenangnya. Kali ini mata Saiful sedikit berkaca-kaca.

Lelaki kelahiran Sidoarjo itu pernah berbincang dengan putrinya soal cita-citanya. Meski menguasai bidang eksak, putrinya justru bercita-cita menjadi seorang manajer andal. Bahkan, Saiful dan Endang bertemu wali kelas Ika sekitar dua minggu lalu. Mereka ingin berkonsultasi soal jurusan kuliah yang akan diambil putrinya ke depan.

”Dia bilang sendiri ke saya. ’Yah, aku pingin jadi manajer aja. Aku mau kuliah di akuntansi Unair. Dukung ya, Yah!’,” ceritanya mengulangi perkataan putrinya.

Sebelum pergi untuk selama-lamanya, Ika mengirimkan SMS kepada tetangga-tetangganya. Dia menulis permintaan maaf kepada teman-temannya di remaja masjid kalau punya salah.

"Temannya itu juga bingung wong anak nggak punya salah kok minta maaf. Mungkin sudah pertanda, ya. Saya ikhlas,” ucapnya dengan tegar.

Sementara itu, di sekolahnya sosok cewek chubby tersebut memang dikenal ramah. Bahkan, kepada sekuriti sekolah pun, dia tergolong supel dan sering menebar senyum.

”Anaknya gak pilih-pilih kalau bergaul. Wong sama satpam dan petugas kebersihan aja dia sering guyon,” ucap Supriyadi, petugas keamanan SMAN 6.

Sekolah tepat di samping Grahadi itu dikenal sebagai sekolah yang menerapkan kelas kategori. Jadi, semakin murid berprestasi (ranking kelas, Red) baik, mereka punya peluang berada di kategori satu. Almarhumah sejak kelas X selalu berada di kategori satu dan dua. Dia tidak pernah turun dari kategori dua.

Wali kelas Ika, M. Wafir, bercerita tentang anak didiknya tersebut. Selama ini dia dikenal suka meminta pendapatnya untuk bahan evaluasi diri. Ika tidak segan untuk bertanya kekurangannya selama belajar di ruang kelas.

”Dia selalu tertawa kalau ketemu guru. Tergolong murid yang aktif. Selalu cari tahu kelemahannya kalau nilainya tidak memuaskan. Dia punya motivasi untuk terus maju,” terang guru yang mengajar pendidikan agama Islam tersebut.

Hal itu juga diamini Irfa Rochinah, salah seorang guru fisika di SMAN 6. Dia menuturkan bahwa muridnya tersebut senang dikoreksi. Selain itu, Irfa sering mengamati catatan yang ditulis para muridnya. Menurut dia, Ika tergolong rajin mencatat.

Mata pelajaran fisika memang jadi andalan bagi Ika. Terakhir, saat ulangan tengah semester, dia mendapat nilai sempurna alias 100 untuk fisika. Musafik, juga seorang guru fisika, bahkan sempat bercanda dengan muridnya tersebut.

”Sempat saya goda waktu itu. Kamu nyontek ya, biasanya cuma 85–90, sekarang kokdapat 100. Anaknya terus ketawa,” kenangnya.

Para guru seakan tidak percaya Ika telah tiada. Beberapa guru mendengar cerita dari kawan-kawan sekelas almarhumah. Ika juga seperti meninggalkan isyarat akan pergi untuk selama-lamanya.

”Anak-anak itu cerita, Ika minta maaf ke semua yang dikenalnya. Bahkan, di tempat bimbel (bimbingan belajar, Red)-nya dia juga berpamitan kalau dia gak akan masuk les untuk waktu yang lama,” cerita Sri Utami, guru matematika Ika saat kelas X dan XI.

Kini jago fisika yang bercita-cita menjadi manajer itu telah pergi dari dunia untuk selama-lamanya. Keluarga dan kerabat terlihat tegar melepaskan kepergiannya. Kenangan canda tawa dan duka bersama almarhumah menjadi rangkuman memori manis yang disimpan orang-orang yang pernah mengenalnya.

SMAN 6 juga turut melepas kepergian Ika. Sekolah yang dikenal dengan pohon beringin besar di pelatarannya itu kehilangan salah seorang anak didik terbaiknya. Kemarin pagi juga diadakan doa bersama di setiap kelas untuk dara manis yang supersupel tersebut. (*/c6/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenang Pahlawan KKO Anumerta Usman Harun Pasca-Pengukuhan KRI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler