Jamal Khashoggi Si Pembenci Demokrasi

Minggu, 14 Oktober 2018 – 15:24 WIB
Jamal Khashoggi, jurnalis yang hilang di Istanbul, Turki. Foto: BBC

jpnn.com - Seharusnya Jamal Khashoggi merayakan pertambahan usia kemarin, Sabtu (13/10). Pria kelahiran Arab Saudi yang mengasingkan diri ke Amerika Serikat (AS) sejak 2017 itu genap 60 tahun.

Tapi, jangankan pesta, sekadar doa bersama mensyukuri hari istimewa saja tidak ada. Sebab, keberadaan jurnalis yang getol mengkritisi kebijakan Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) itu tidak diketahui pasti.

BACA JUGA: Tiga Teori tentang Nasib Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi

Spekulasi yang beredar, Khashoggi dibungkam oleh MBS. Karena itu, banyak pihak yang bersimpati kepadanya. Dia dianggap korban dari rezim anti-demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Namun, John R. Bradley, kawan sejawat Khashoggi di The Spectator, punya analisis lain. "Media melabeli Khashoggi sebagai martir demokrasi dan kebebasan. Itu sangat salah," ujarnya.

BACA JUGA: Saudi Terpojok, Intel Turki Klaim Rekam Pembunuhan Khashoggi

Dia menambahkan bahwa Khashoggi adalah bagian dari inner circle Kerajaan Saudi. Tepatnya, kerajaan yang dipimpin almarhum Raja Abdulaziz Al Saud.

"Khashoggi tak pernah menyanjung demokrasi pluralisme ala Barat. Sesungguhnya, dia malah ingin menghapus pengaruh Barat seperti prinsip Ikhwanul Muslimin," tegas Bradley.

BACA JUGA: Putra Mahkota Saudi Atur Operasi Melenyapkan Khashoggi?

Prinsip itu pula yang membuat Khashoggi selalu berseteru dengan MBS. Sebab, MBS sangat anti-Ikhwanul Muslimin. (bil/c10/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jamal Kashoggi di Kesaksian Calon Istri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler