jpnn.com, JAKARTA - MENTEGA telah lama menjadi bahan kontroversi di dunia nutrisi.
Sementara beberapa orang mengatakan mentega meningkatkan kadar kolesterol dan menyumbat arteri Anda, yang lain mengklaim mentega bisa menjadi tambahan yang bergizi dan beraroma untuk makanan Anda.
BACA JUGA: Tips Memilih Mentega Yang Baik
Namun, mengonsumsi mentega terlalu banyak bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan atau efek negatif untuk masalah kesehatan.
Pasalnya, dalam satu sendok makan mentega mengandung 100 kalor, 12 gram lemak, 7 gram lemak jenuh, 0,5 gram lemak trans, 31 miligram kolesterol, 0 gram karbohidra, 0 gram gula.
BACA JUGA: Maknyus, Hidangan Panas Ayam Goreng Mentega
Menurut laman Genpi.co, lemak jenuh dalam mentega inilah yang bisa meningkatkan lemak jahat LDL, dan tidak membuat lemak baik (HDL) makin meningkat.
Beberapa ahli khawatir tentang sejumlah besar lemak jenuh dan kolesterol dalam mentega dan menyarankan orang untuk membatasi asupan mereka.
BACA JUGA: Resep Akhir Pekan: Kue Pisang Saus Mentega
Bahkan selama beberapa dekade, mentega telah diharamkan karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi.
Ini terdiri dari sekitar 50 persen lemak jenuh, sedangkan sisanya terutama adalah air dan lemak tak jenuh.
Mentega juga tinggi kolesterol. Asupan tinggi kolesterol pernah dianggap sebagai faktor risiko utama untuk penyakit jantung.
Kekhawatiran ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan kadar kolesterol dalam darah tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Namun, sekarang jelas mendapatkan jumlah kolesterol yang tinggi dari mentega tidak meningkatkan kadar darah tinggi pada kebanyakan orang.
Biasanya, ini menjaga kadar darah dalam kisaran normal, meskipun asupan yang sangat tinggi masih bisa menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah yang tinggi.
Menariknya, beberapa ilmuwan percaya mengonsumsi lemak jenuh sebenarnya memiliki beberapa manfaat, termasuk memperbaiki profil lipid darah.
Ini bisa meningkatkan kolesterol HDL baik dan mengubah ukuran partikel kolesterol LDL dari kecil dan padat menjadi besar, yang dianggap lebih jinak.(genpi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany Elisa