Jangan Biarkan Simpatisan ISIS di Indonesia Merajalela

Senin, 12 Desember 2016 – 23:49 WIB
Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menyatakan, ancaman kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) harus diantisipasi secepatnya. Menurutnya, jangan sampai penegak hukum terlambat karena membiarkan simpatisan dan pendukung ISIS berkembang sehingga teror merajalela.

Bamsoet -sapaan Bambang- mengatakan, ISIS atau kelompok pendukungnya sedang membangun pengaruh di Asia Tenggara. Untuk memperkecil atau melumpuhkan potensi ancaman itu maka perlakuan hukum terhadap para terduga dan tersangka teroris harus ekstra-tegas.

BACA JUGA: Ada Delapan Alasan Tolak Ujian Nasional

“Termasuk kepada mereka yang diduga sebagai simpatisan di dalam negeri. Para simpatisan ISIS harus dilumpuhkan agar mereka tidak memiliki peluang mewujudkan basis ISIS di Asia Tenggara,” ujarnya melalui pesan singkat, Senin (12/12).

Politikus Golkar itu menambahkan, belajar dari kegagalan pemerintah Irak dan pemerintah Suriah melumpuhkan ISIS, maka pemerintah Indonesia patut memberi wewenang penuh dan keleluasaan kepada TNI dan Polri untuk mempersempit ruang gerak para simpatisan organisasi teror pimpinan Abu Bakr al Baghdadi itu. Bamsoet memperkirakan ketahanan nasional akan menghadapi ujian mahaberat jika rencana ISIS membangun basis di Asia Tenggara tidak segera ditangkal. 

BACA JUGA: Alhamdulillah...Dua WNI Sandera Abu Sayyaf Akhirnya Bebas

Bamsoet pun mengingatkan bahwa beberapa indikasi pengaruh ISIS di Asia Tenggara sudah terlihat di permukaan. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahkan sudah mengungkapkan rencana ISIS membangun basis di Filipina Selatan untuk  mewujudkan kekhalifahan baru di Asia Tenggara.

Selain itu, ada indikasi kembalinya puluhan warga negara Indonesia (WNI) simpatisan ISIS yang sempat berperang di Irak dan Suriah. Kembalinya WNI pengikut ISIS itu pun menyisakan pertanyaan.

BACA JUGA: Ahok Sudah Minta Maaf, Apapun Hasil Proses Hukum Sebaiknya Diterima

“Pertanyaannya adalah mereka kembali untuk apa? Kembali untuk menjalani kehidupan normal? Atau, kembali untuk mewujudkan rencana ISIS membangun kekhalifahan di Asia Tenggara?” ulas Bamsoet.

Sedangkan yang masih segar dalam ingatan adalah rencana serangan bom bunuh diri ke Istana Negara yang diungkap Polri pada Sabtu (10/12) sore. Dari temuan Polri, bom yang akan diledakkan saat Paspampres di Istana Negara aplusan jaga itu itu tergolong berdaya ledak tinggi.

Selain itu, kata Bamsoet, ada semacam gelagat bahwa sel-sel terorisme di Indonesia juga memberi respons positif terhadap rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara. Kelompok-kelompok teroris itu sudah terang-terangan melampiaskan kebencian pada segenap jajaran Polri.

Bahkan sejumlah prajurit Polri telah menjadi target serangan. Kelompok-kelompok itu juga diduga mendalangi ricuh pasca aksi damai 411.

“Bahkan ada WNI yang sangat dipercaya pimpinan ISIS. Sosok WNI itu diduga mendalangi bom Sarinah. Bukan tidak mungkin, kelompok yang merencanakan ledakan bom di Istana Negara itu juga memiliki keterkaitan dengan WNI yang menjadi pentolan ISIS,” pungkasnya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Setara: Prasetyo Lebih Menyerupai Politisi Dibanding Jaksa Profesional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler