jpnn.com, JAKARTA - Peran apoteker dalam pengembangan sains dan teknologi pada bidang kesehatan preventif serta promotif dinilai sangat penting. Hal ini dapat diterapkan dengan melakukan modifikasi risiko dan pemanfaatan bioaktif.
"Sebagian besar zat aktif pada berbagai jenis obat yang tersedia merupakan senyawa bioaktif yang diidentifikasi berasal dari bahan alam, seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme," kata apoteker dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Muhammad Aswad dalam diskusi daring Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dengan tema “Peran apoteker dalam Pengembangan Sains dan Teknologi di Bidang Kesehatan Preventif: Peluang dan Tantangan”, baru-baru ini.
BACA JUGA: Ahli Toksikologi Unair Mengungkap 4 Fakta soal Nikotin, Bikin MelongoÂ
Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan bahan baku obat, senyawa bioaktif tersebut telah disintesis secara kimia maupun biologi ataupun telah diderivatisasi.
Harapannya adalah meningkatkan efek dari senyawa induknya ataupun bisa meminimalkan efek samping dari senyawa tersebut.
BACA JUGA: Forum Global Nikotin: Internasional Dukung Industri Rokok Elektrik Kembangkan Produk Rendah Risiko
"Penggunaan senyawa bioaktif juga ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, untuk pengobatan dengan menggunakan bahan baku dari alam, seperti jamu-jamuan," ujar Aswad.
Senyawa bioaktif pada jamu-jamuan yang paling sering ditemukan adalah kurkumin. Tak hanya itu, penggunaan senyawa bioaktif juga ditemukan pada produk tembakau, yaitu nikotin yang bersumber dari tanaman tembakau.
BACA JUGA: Hari Vape Sedunia 2021 Rayakan Dampak Positif Inovasi Produk Nikotin
“Tembakau kering mengandung nikotin sekitar sembilan persen," kata Aswad.
Nikotin juga ditemukan pada beberapa jenis tanaman lainnya, seperti pada terong, kembang kol, kentang, dan tomat, walaupun dimakan dengan kadar yang sangat sedikit.
Konsumsi nikotin paling banyak diperoleh dari merokok.
"Rokok mengandung sekitar 7.000 senyawa, 70 di antaranya merupakan senyawa karsinogenik yang memicu timbulnya penyakit kanker," sebut Aswad.
Seiring dengan perkembangan teknologi, nikotin kini bisa diperoleh melalui penggunaan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Nikotin memang memiliki sifat adiktif terhadap konsumennya. Namun, Aswad mengatakan nikotin juga memberikan dampak positif bagi penderita Alzheimer karena memiliki peran penting dalam memori.
“Senyawa bioaktif yang digunakan secara luas di masyarakat seperti nikotin perlu mendapatkan perhatian dari sains farmasi untuk dapat menilai risk and benefit dari penggunaan senyawa bioaktif tersebut dalam berbagai aspek,” tuturnya.
Pada kesempatan sama, apoteker dari Universitas 17 Agustus Diana Laila Ramatillah menambahkan ada banyak senyawa bioaktif yang bisa terus dieksplorasi di alam Indonesia dan berpotensi mendatangkan manfaat besar.
Namun, dalam pemanfaatannya, diperlukan tindakan kehati-hatian.
"Senyawa bioaktif di luar nikotin yang bisa diteliti lebih jauh adalah cinnamon oil atau minyak kayu manis," ucap Diana.
Dia melanjutkan pada pemanfaatannya perlu diingat bahwa minyak kayu manis murni bisa menimbulkan risiko. Beberapa di antaranya, yaitu mengiritasi kulit ketika dicampur secara langsung dengan air mandi dan membakar selaput lendir serta kerongkongan untuk penggunaan oral.
“Di sinilah peran apoteker untuk terus mengeksplorasi beragam senyawa bioaktif yang bisa ditemukan di alam untuk mengeliminasi dampak dan cara pemanfaatan yang tepat sehingga bisa mendapatkan manfaat sepenuhnya,” terang Diana.
Dewan Pakar IAI dan Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada, Profesor Edy Meiyanto mengatakan, tantangan yang dihadapi apoteker sekarang ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan produk.
Kedua hal tersebut perlu ditingkatkan secara berkelanjutan oleh para apoteker. Sebab, kesehatan preventif menjadi tren ke depannya oleh para pemerhati kesehatan.
“Kalau tidak mengembangkan secara intensif dan masif, maka, akan menjadi konsumen terus-menerus,” terang Edy Meiyanto. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad