Jangan Khawatir, Kenaikan Harga Pertamax Enggak Bakal Berdampak Pada Hal ini

Sabtu, 02 April 2022 – 18:02 WIB
Ilustrasi - Kebijakan pemerintah menaikkan harga Pertamax diyakini tak akan mengakibatkan inflasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax diyakini tidak akan berdampak hingga menimbulkan inflasi.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut beberapa alasan untuk memperkuat pernyataannya.

BACA JUGA: Ekonom: Kenaikan Pertamax Sudah Tepat

Antara lain, pengguna Pertamax bukan industri, tetapi perorangan.

Dia menyebut kondisi akan berbeda jika BBM yang dinaikkan pemerintah jenis solar.

BACA JUGA: Harga Pertamax Naik, Pengamat: Berpotensi Menggangu Penjualan Kendaraan Baru

Menurutnya, mayoritas truk termasuk yang mengangkut barang kebutuhan masyarakat, menggunakan solar.

Karena itu, jika solar yang naik maka harga-harga kebutuhan pokok masyarakat juga akan ikut naik.

BACA JUGA: Andre Rosiade Sebut Kenaikan Harga Pertamax Sudah Pertimbangkan Aspirasi Masyarakat

Demikian juga jika BBM jenis Pertalite yang dinaikkan pemerintah, maka kenaikan harga dan tarif transportasi bakal ikut naik.

"Pertamax tidak begitu, kecil peluang kenaikan Pertamax mendongkrak inflasi secara signifikan."

"Pembeli Pertamax hanya perseorangan, kelas menengah ke atas, efek domino kenaikannya hanya berhenti di mereka saja. Tidak ke mana-mana," ujar Piter di Jakarta, Sabtu (2/4).

Menurut Piter, porsi konsumsi Pertamax terhadap keseluruhan BBM juga relatif kecil dibanding Pertalite dan jenis BBM lain.

Selain itu, konsumsi masyarakat untuk Pertamax mayoritas adalah konsumsi perseorangan dan bukan merupakan konsumsi industri.

Oleh karena itu, lanjut dia, kenaikan harga Pertamax merupakan pilihan yang bijak di tengah kondisi yang kurang kondusif saat ini.

"Ini keputusan bijak. Keputusan tersebut sengaja diambil dengan lebih mempertimbangkan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat, khususnya kelompok bawah," ujar Piter dalam keterangannya.

Selain itu, kenaikan Pertamax menjadi Rp 12.500, juga dinilai meminimalisasi potensi peralihan (shifting) dari Pertamax ke Pertalite.

"Karena dengan harga sebegitu, mungkin masih ada shifting, tetapi mayoritas kelas menengah ke atas tidak akan beralih. Mereka lebih sayang dengan mobil mewah mereka," katanya.

Pendapat senada disampaikan pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi yang mengapresiasi kebijakan Pertamina menaikkan harga jual Pertamax.

Dia menilai kenaikan tersebut sudah tepat dan bijak.

"Sudah bijak dan tepat. Itu kan hanya soal asumsi harga dunia yang dipakai dalam perhitungan saja."

"Saya tidak tahu Pertamina pakai asumsi harga berapa."

"Pastinya Pertamina tidak mungkin gegabah. Ketika mereka ketemu harga Rp 12.500 per liter, itu sudah pasti dipertimbangkan dengan seksama," katanya.

Fahmy meyakini keputusan menaikkan harga di level Rp 12.500 per liter sudah dikomunikasikan dengan Kementerian ESDM, Menko Perekonomian dan pihak-pihak terkait.

Dengan demikian, pertimbangan sudah lebih komprehensif, tidak semata-mata pertimbangan bisnis semata.

"Saya menyebut ini keputusan bijak yang diambil oleh Pertamina dan pemerintah. Tidak akan mendongkrak inflasi," pungkas Fahmy.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler