Jangan Lagi Ada Selisih Pendapat Soal Islam dan Indonesia

Kamis, 04 Oktober 2018 – 20:25 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) saat berkunjung di ponpes Daarul Ukhuwah Desa Asri Katon, Kecamatan Pakis, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (5/10). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) memperoleh sambutan meriah, dari para santri, ustaz dan pengasuh pondok pesantren, saat berkunjung di ponpes Daarul Ukhuwah Desa Asri Katon, Kecamatan Pakis, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (5/10).

Ratusan santri sembari memegang bendera merah putih, membuat pagar betis dan mengelu-elukan kedatangan Hidayat di tempat mereka belajar. Bahkan saat hendak meninggalkan pondok pun, para santri berebut untuk berjabat tangan dengan Wakil Ketua MPR.

BACA JUGA: Parlemen Malaysia Mempelajari Sistem Ketatanegaraan RI

Kedatangan pria kelahiran Klaten Jawa Tengah di pesantren Daarul Ukhuwah, itu terkandung maksud untuk menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Tetapi Hidayat tidak sendirian, ia datang bersama Anggota Fraksi PKS MPR RI Dr. Mardani Ali Sera.

Saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar, Hidayat Nur Wahid antara lain mengatakan, persoalan Islam dan kebangsaan sudah selesai, sejak lama. Karena itu tidak perlu lagi ada keributan yang menyoal tentang Islam dan ke-Indonesiaan. Apalagi, lahir dan berdirinya negara Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan keikutsertaan umat Islam, khususnya para kiai dan ulama.

BACA JUGA: Bantu Korban Gempa dan Tsunami, MPR: Tak Ada Muatan Politik

“Negara Indonesia bisa berdiri tegak, salah satunya karena kerelaan para ulama menerima penghilangan tujuh kata dalam piagam Jakarta, sehingga menjadi Pancasila seperti yang ada saat ini. Padahal, bisa saja mereka bersikukuh mempertahankan piagam Jakarta, dengan alasan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,” kata Hidayat.

BACA JUGA: Pimpinan MPR Tinjau Lokasi Terdampak Gempa dan Tsunami

Tetapi, para ulama tidak bersikap arogan. Mereka memilih mengalah, dan menerima kesepakatan untuk menghilangkan kata dengan melaksanakan syariat agama Islam bagi pemeluknya, semata-mata karena menghendaki Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus, itu tetap utuh, dan tidak terpecah belah.

Karena itu, Hidayat berharap tidak ada lagi selisih pendapat menyoal Islam dan Indonesia. Serta tidak ada pula ketakutan terhadap Islam dan ke Indonesiaan itu sendiri. Karena faktanya, Islam dan Indonesia memang sudah tidak ada persoalan.

“Karena itu MPR terus melakukan sosialisasi Empat pilar, termasuk dikalangan santri dan pondok pesantren. Agar tidak ada lagi anak santri yang bilang bahwa Indonesia itu bid'ah, karena berdemokrasi. Faktanya, dalam urusan muamalah, semua boleh kecuali ada dalil yang melarang,” kata Hidayat lagi.

Pernyataan serupa disampaikan Mardani Ali Sera. Menurut Mardani, Umat Islam adalah ibu Kandung bagi bangsa Indonesia. Terbukti banyak pengorbanan dan perjuangan yang dilakukan masyarakat muslim bagi bangsa Indonesia.

Persoalannya, bangsa Indonesia yang sangat kaya, itu saat ini lebih banyak dikuasai asing. Akibatnya, cita-cita menjadikan bangsa Indonesia yang adil dan makmur, tak kunjung tercapai.

“Karena itu kita harus berfikir bagaimana Pancasila bisa diterapkan minimal tiga bidang. Yaitu, Ekonomi, pendidikan dan budaya,” kata Mardani menambahkan.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemimpin Lembaga Parlemen Sambangi Lokasi Bencana di Sulteng


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
MPR RI  

Terpopuler