Jangan Lagi Menganggap Masyarakat Sakai sebagai Suku Terasing

Jumat, 09 April 2021 – 05:11 WIB
Diskusi saat peluncuran film pendek berjudul Mimpi Anak Sakai Riau, Rabu (7/4). Foto: Forum Jurnalis Kreatif Riau

jpnn.com, JAKARTA - Film Mimpi Anak Sakai besutan Forum Jurnalis Kreatif Riau menggambarkan bahwa masyarakat Sakai saat ini tidak ingin dicap sebagai suku terasing atau terisolasi.

Karena faktanya memang kondisi masyarakat Sakai sudah banyak mengalami kemajuan.

BACA JUGA: Demo Suku Sakai di Depan Kantor Gubernur Riau Berakhir Ricuh

"Kami tolak cap sebagai Suku Terasing, sebab masyarakat Sakai sudah banyak yang maju, bahkan menjadi anggota DPRD Bengkalis, Riau, jadi pengusaha, penerima beasiswa dari perusahaan, dan banyak yang menjadi sarjana," kata Ketua Majelis Kerapatan Adat Batin, Limo Mineh, Riau, Tarmizi L saat peluncuran film pendek berjudul Mimpi Anak Sakai Riau, Rabu (7/4).

Dia menambahkan, pihaknya ingin mendapatkan keadilan bekerja di bidang apa saja, karena anak-anak Sakai kini tidak lagi buta huruf.

BACA JUGA: Bela Jurnalis Tempo, NU Ultimatum Polda Jatim

Film besutan lima jurnalis media online dan TV yang tergabung dalam Forum Jurnalis Kreatif dengan Ketua Satria Utama, itu dibedah bersama Fakultas Komunikasi UMRI.

Dari acara itu, didapat beragam masukan dari para akademisi.

BACA JUGA: Pernyataan Terbaru Munarman Eks FPI, Menyebut Kerajaan Majapahit

Dekan Fakultas Komunikasi UMRI, Jayus menyampaikan siap untuk bermitra dengan Forum Jurnalis Kreatif Riau untuk membuat film lainnya dan membantu memproduksi satu film lagi untuk mendorong terhapusnya secara bertahap cap terisolasinya masyarakat Sakai sebagai suku terasing itu.

"Kami perlu melakukan riset serta menayangkan film dokumenter itu pada berbagai kesempatan didukung oleh jejaring sosial yang dimiliki UMRI terkait edukasi tentang masyarakat Sakai itu kini sudah seperti apa dan tidak terisolasi lagi," ujarnya.

Selain itu, para pembedah dari kalangan akademisi seperti Yanuardi Syukur Dosen Studi Antropologi Sosial Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Khairun Ternate berpendapat, Suku Sakai harus meninggalkan stigma terasing.

Karenanya film ini sebagai karya anak bangsa perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat suku terasing agar tidak lagi dipandang sebelah mata.

"Mimpi komunitas Komunitas Adat Terasing (KAT) atau Suku Sakai optimistis terwujud, sebagai bayangan yang ingin dicapai," katanya.

Dr Iya Setyasih Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi Sosial Universitas Mulawarman, mengatakan, dibutuhkan sinergisitas antara pemerintah daerah dengan perusahaan setempat dalam mendorong percepatan Suku Sakai menjadi masyarakat yang berkemajuan dan secara bertahap akan hilang cap terasing itu.

"Perusahaan memiliki program CSR sehingga diharapkan berkontribusi membiayai peningkatan kualitas pendidikan SDM dan ekonomi masyarakat guna mendorong percepatan suku itu keluar dari cap terasingnya lagi," katanya.

Romi Mesra, dosen Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Manado mengatakan, Film Mimpi Anak Sakai merupakan fakta di lapangan, karena ada wawancara dan penelusuran lainnya.

Namun, ketika dibaca di Google, ternyata masih tercatat terasing, yang seharusnya sumber-sumber informasi tentang Sakai harus diperbaharui lagi.

"Untuk mencapai perubahan itu, diperlukan peran investor, khususnya dari perusahaan yang beroperasi di sekitar permukiman Suku Sakai selain itu, fakta di lapangan harus diperhatikan kembali," tandasnya. (esy/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler