Jangan Lembagakan Valentine's Day di Indonesia

Jumat, 14 Februari 2014 – 01:01 WIB

jpnn.com - DI negara-negara barat, tanggal 14 Februari secara tradisional diperingati sebagai Hari Valentine (Valentine's Day). Di hari yang disebut sebagai perayaan kasih sayang itu, berbagai macam cara digunakan untuk mengungkapkan kasih sayang kepada pasangan. Mulai dari sekedar kata-kata romantis, hadiah barang mahal, sampai perbuatan yang sifatnya lebih intim dilakukan pada hari yang identik dengan warna pink ini.

Seiring dengan arus globalisasi yang semakin deras, bukan cuma negara-negara di benua Amerika dan Eropa saja yang merayakan Valentine. Kini, hampir di seluruh penjuru dunia ada perayaan Valentine. Di Indonesia, momen Valentine dirayakan oleh banyak kaum remaja terutama di kota-kota besar.

BACA JUGA: Pusat tak Berani Hapus DOB yang Gagal

Hanya saja, peringatan Hari Valentine di tanah air masih menjadi kontroversi. Penolakan muncul karena peringatan hari kasih sayang ini tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya ketimuran.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) termasuk yang menentang perayaan Hari Valentine. Di mata kaum ulama, hari peringatan tersebut tidak islami dan cenderung mendekati kemaksiatan.

BACA JUGA: Awalnya Sepakat Bacakan Vonis April 2013

Ketua MUI KH Amidhan pun mendorong para orang tua untuk melarang putra-putrinya merayakan Hari Valentine. Berikut wawancara singkat Amidhan dengan Mohamad Adil dari JPNN di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (13/2).

Bagaimana perayaan Valentine dipandang dari perspektif Islam?

BACA JUGA: Curiga Pemda Sengaja Ulur Pengumuman CPNS

Dari perspektif agama, perayaan Valentine's Day itu di luar ajaran Islam dan tak ada waktu kasih sayang secara khusus di dalam ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam itu kasih sayang sepanjang masa karena Nabi (Muhammad SAW, red) bersabda, 'Tidak beriman seseorang kecuali dia kasih sayang kepada saudaranya dan seperti dia kasih sayang kepada dirinya sendiri,'. Jadi sepanjang masa tidak pada perayaan tertentu.

Apa dampak negatif dari perayaan Valentine?

Pertama tidak bisa kalau hari sayangnya itu saat-saat tertentu. Yang kedua, akibatnya kasih sayang itu. Karena kasih sayang itu bisa jadi pidana pemerkosaan. Bisa saja orang dengan diminumi minuman tertentu sehingga tidak sadar.

Nah, itu juga pemerkosaan. Jadi cara-cara pemerkosan itu tidak mesti perkosaan tapi cara-cara lain yang membuat perkosaan.

Jadi MUI menolak perayaan Valentine?

Banyak laporan Valentine's Day mempunyai akibat yang tidak baik. Oleh karena itu, ya majelis ulama sama sekali menolak adanya Valentine's Day itu dan jangan dilembagakan di bumi Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Kalau di tempat-tempat lain silakan saja.

Sudah ada fatwa menolak Valentine?

Itu kan tidak dalam fatwa tertulis karena itu sudah ada panduan, acuan yang bersifat umum. Kalau mudaratnya lebih besar ya dengan sendirinya kita harapkan (tidak dilakukan) gitu lho.

Ya pokoknya itu kalau perspektif budaya bukan budaya kita. Perspektif agama, itu bertentangan dengan agama, perspektif susila itu bisa mengarah pemerkosaan.

Kebanyakan yang merayakan Valentine adalah anak muda. Menurut Anda, bagaimana seharusnya orang tua menyikapi fenomena ini?

Ya, itu dikembalikan kepada rumah tangga, keluarga, orang tuanya harus mewaspadai.

Apa himbauan Anda kepada mereka yang merayakan Valentine?

Menurut saya, itu kan terutama kepada remaja perempuan, orang tuanya harus melarang anaknya kalau ingin merayakan Valentine's Day.

Dan juga kepada remaja-remaja itu sendiri mereka harus sadar kasih sayang itu bukan dalam bentuk hari tertentu. Tapi kasih sayang itu harus kasih sayang yang beritikad, misalnya kasih sayang karena bencana banjir, kasih sayang itu dilembagakan dengan mengeluarkan infak, membantu korban banjir.

Itu kasih sayang, bukan kasih sayang dalam bentuk birahi lalu timbul pergaulan bebas lalu terjadi pemerkosaan dan lain sebagainya.

Apa ada yang bisa dilakukan Pemerintah mengenai masalah ini?

Ya, pemerintah itu kan hanya di sekolah. Artinya pemerintah ini hanya guru-guru, dan sebagainya. Harus ada korelasi yang jelas antara lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Kalau lingkungan masyarakat itu mencegah atau menolak adanya Valentine's Day, maka lingkungan sekolah yaitu pemerintah juga harus menolak, lingkungan keluarga juga harus menolak.

Tapi sebenarnya yang pokok itu lingkungan keluarga, Jadi tiga lingkungan itu harus satu sikap untuk menolak Valentine's Day.(dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Jangan Bikin Guru Gelisah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler