Jangan Sampai dunia Anggap RI Tak Jujur Soal Data Kematian COVID-19

Selasa, 07 September 2021 – 21:11 WIB
Ilustrasi - Pemakaman jenazah korban yang meninggal dunia akibat COVID-19. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI Mulyanto mengingatkan pemerintah tidak main-main terkait data kematian akibat COVID-19.

Jangan sampai dunia menganggap Indonesia tak jujur terkait data kematian akibat COVID-19.

BACA JUGA: Kapal Cepat Rudal KRI Golok-688 Ringan dan Punya Ketahanan Lelah

"Pemerintah jangan main-main soal data COVID-19, karena ini merupakan pandemi global, di mana setiap data yang dipublikasikan di suatu negara disorot dan dijadikan acuan oleh negara lain," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (7/9).

Mulyanto menegaskan pemerintah harus jujur dan transparan agar proses penanggulangan COVID-19 di Indonesia dapat dilaksanakan secara tepat.

BACA JUGA: Jawaban Gibran Rakabuming Menyejukkan, Jamin Tak Ada Sanksi Penjara

"Ini bukan semata-mata soal transparansi jumlah korban jiwa akibat COVID-19, tetapi juga menyangkut nama baik bangsa Indonesia di mata dunia internasional."

"Jangan sampai dunia menganggap Indonesia tidak jujur terkait data kematian COVID-19," ucapnya.

BACA JUGA: Banyak Banget ASN yang Dimutasi Hingga 359 Orang, Ada Apa dengan Depok?

Mulyanto menyatakan pemerintah merilis data kematian akibat COVID-19 mencapai 135.861 jiwa per 5 September 2021.

Namun, The Economist memperkirakan data kematian akibat COVID-19 di Indonesia lebih besar lagi.

Yaitu 280 ribu hingga 1,1 juta orang atau 500 persen dari angka resmi pemerintah.

Selain itu kata Mulyanto, Pemerintah Malaysia beberapa hari sebelumnya juga mempertanyakan penurunan jumlah penyebaran dan kematian akibat COVID-19 di Indonesia.

Pemerintah Malaysia merasa heran data terkait COVID-19 yang disampaikan Pemerintah Indonesia lebih rendah dari Malaysia.

Padahal, jumlah kasus COVID-19 Indonesia sebelumnya lebih tinggi dari Malaysia.

Mulyanto mengungkapkan data lapangan, terutama di perdesaan ada kecenderungan kematian COVID-19 ditutupi sebagai kematian biasa.

Masyarakat kata dia, tidak ingin penanganan jenazah korban termasuk penguburannya menjadi berbelit-belit.

"Jadi memang cukup masuk akal kalau data kematian COVID-19 yang disajikan pemerintah lebih kecil dari angka yang sesungguhnya," ucap Mulyanto.

Menurut Mulyanto, persoalan akurasi data adalah masalah yang klasik.

Hampir di berbagai sektor terjadi.

Namun demikian, terkait perbaikan data kematian COVID-19 perlu mendapat perhatian serius pemerintah.

"Salah data bisa salah kebijakan dan strategi," pungkas Mulyanto.(Antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler