Jangan Sembarangan, 3 Waktu Tepat Berolahraga saat Puasa

Sabtu, 17 April 2021 – 11:20 WIB
Seorang warga berolahraga di ruang terbuka Taman Vatulemo, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (3/5/2020).(ANTARAFOTO/BASRI MARZUKI)

jpnn.com, JAKARTA - Berpuasa bukan halangan menjaga kebugaran melalui latihan fisik maupun berolahraga.

Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yakni pemilihan waktu dan durasi.

BACA JUGA: Puasa Terbukti Meredakan Rasa Nyeri Akibat Penyakit ini

Dokter spesialis kedokteran olahraga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Andhika Raspati menyarankan tiga pilihan waktu untuk berolahraga di bulan puasa.

Yakni, setelah sahur, sebelum dan sesudah berbuka puasa.

BACA JUGA: 5 Suplemen Penting agar Tubuh tak Kekurangan Nutrisi Selama Puasa

Melakukan latihan fisik atau berolahraga setelah sahur bisa menguntungkan.

Karena cadangan karbohidrat masih tinggi.

BACA JUGA: Penting! Hindari Jenis Makanan ini Saat Berbuka Puasa

Namun, ingatlah, semakin lama durasi berpuasa maka semakin turun cadangan ini.

Belum lagi ditambah dengan berolahraga yang membutuhkan energi secara cepat.

Karena itu, sebaiknya pertimbangkan durasi dan intensitas latihan.

Usahakan tidak melakukan latihan dengan intensitas tinggi yang membuat tubuh terlalu banyak mengeluarkan keringat.

Bisa melakukan jogging, jalan kaki, bersepeda, berenang atau bermain sepakbola dan sebagainya.

"Kalau bablas, terlalu semangat, banyak berkeringat, bisa dehidrasi sepanjang hati. Latihan jam 7 pagi misalnya, tiba-tiba keringatan banyak menunggu jam 18.00 lama. Hati-hati ya. Sebisa mungkin batasi keringat," ujar Andhika Raspati.

Untuk meminimalisir keringat berlebihan, Andhika menyarankan untuk engenakan pakaian yang tipis.

Melakukan latihan di dalam ruangan ber-AC juga tidak masalah dan ingatlah untuk membatasi durasi, agar jangan terlalu panjang.

Bila memilih latihan sebelum berbuka puasa, bisa segera minum atau rehidrasi segera saat jam berbuka.

Namun, pada saat itu cadangan energi relatif rendah.

"Kalau pilih sebelum sarapan (misalnya di bulan biasanya) orang merasa lebih gampang capek, wajar karena energi lebih rendah. Walaupun ada penggantian gula dari cadangan lain adakalanya enggak bisa menutupi kekurangan sehingga (tubuh) merasa enggak enak," tutur Andhika.

Sebaiknya, usahkan melakukan latihan lower intensity agar dapat menggunakan cadangan lemak. karena proses ini membutuhkan adaptasi dari yang semula memanfaatkan gula.

Pilihan ketiga, latihan setelah berbuka.

Ini bisa menjadi pilihan aman, karena bisa makan dan minum kapanpun.

Hanya saja, waktu sempit karena menjelang shalat tarawih.

Andhika menyarankan tak langsung menyantap makanan berat saat berbuka puasa agar nutrisi makanan cepat terserap tubuh.

Pilih yang intensitas rendah.

Sebenarnya, masih bisa latihan setelah shalat tarawih, tetapi cenderung dekat ke waktu tidur.

Olahraga menjelang jam tidur tidak disarankan karena bisa mengganggu tidur.

"Usai olahraga itu afterburn, masih ngos-ngosan, keringatan, enggak ngantuk, tidurnya mundur akhirnya sahurnya bablas," kata Andhika.

Hal senada dikemukakan pakar gizi klinik dari Universitas Indonesia, Putri Sakti.

Dia juga tak menyarankan berolahraga mendekati jam tidur.

Selain itu, sesuaikan waktu berolahraga dengan kondisi udara dan pakaian.

Andhika tidak merekomendasikan mengenakan jaket plastik apalagi saat berpuasa dengan tujuan untuk membakar lemak lebih banyak melalui keringat.

Menurutnya, tidak ada hubungan antara pembakaran lemak dan keringat.

Sebaiknya, pilihlah pakailah yang menyerap keringat sehingga tidak menyebabkan dehidrasi saat berpuasa.

Terakhir, usahakan mendapatkan waktu tidur yang cukup.

Latihan fisik membutuhkan pemulihan agar Anda bisa mendapatkan manfaat darinya.

Putri menyarankan Anda tidur selama 7-8 jam per hari.

Saat Ramadan, bisa menyempatkan tidur satu jam lebih awal, tidur satu jam setelah shalat subuh dan sempatkan tidur siang selama satu jam.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler