Jarang Blusukan, Ahok Takut Bertemu Warga?

Senin, 17 Oktober 2016 – 07:49 WIB
Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama. Foto: dok jpnn

jpnn.com - JAKARTA - Meski belum resmi ditetapkan oleh KPU DKI Jakarta, hampir semua bakal calon gubernur dan wakil gubernur sudah mulai rajin blusukan menyapa warga ibu kota. Satu-satunya yang jarang melakukan kegiatan tersebut adalah calon petahana Basuki T Purnama alias Ahok.

Ketua DPD Pemantau Kinerja Aparatur Negara (Penjara) DKI Jakarta Agus Firmansyah mengatakan, fenomena tersebut disebabkan ruang gerak sang gubernur kini sudah sangat terbatas.

BACA JUGA: Lebih Baik Bersaudara ketimbang Bermain SARA

Kemarahan umat Islam akibat pernyataan kontroversialnya membuat Ahok tak berani turun ke lapangan menyapa masyarakat.

“Untuk meminimalisasi risiko, tentunya tim sukses akan lebih memposisikan Djarot (calon Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat) berperan lebih banyak untuk berjumpa masyarakat,” ujar Agus, Minggu (16/10).

BACA JUGA: Dibuntuti Intel, Jago PDIP Protes

Menurut dia, sepantasnya bila tim sukses dari pasangan incumbent memprioritaskan Djarot yang menyapa publik.

“Walaupun hasilnya pasti tidak maksimal. Istilahnya, Djarot menyapa publik dengan baik, tapi calon gubernurnya justru dianggap menciderai hati publik. Sebab tidak bisa dipungkiri umat Islam di Jakarta masih mayoritas,” tegas dia.   

BACA JUGA: Mas Agus: Kesalahan Orang Tak Perlu Diributkan

Di sisi lain, Bakal Calon Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat, kemarin (16/10), menyusuri bantaran Kali Induk, Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur.

Kepada warga sekitar, Djarot menyampaikan solusinya untuk masalah banjir dan penanganan sampah di sungai tersebut. 

Luapan Kali Induk biasa menjadi penyebab wilayah RW 02 dan 05 Batu Ampar terendam banjir.

Usulan mengeruk Kali Induk untuk mengurangi banjir, sejauh ini berdasar penilaian Djarot hanya dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan tenaga manusia.

Sebab kondisi di lapangan menyulitkan akses untuk alat berat. Hampir sepanjang kali yang memiliki panjang dua kilometer itu dipadati rumah penduduk yang sebagian di antaranya sudah berupa bangunan permanen.

"Kalau kita masukkan ekskavator, maka (akan) korbankan banyak bangunan dan jembatan. Kita sepakati kita lakukan dengan kerja bakti, kita gali (sedimen) dengan manual," kata Djarot. (wok/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saran Pengamat LIPI Ini Penting untuk Pemilih di DKI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler