Di Jawa, Tholut menjadi qiyadah asykari (panglima militer) yang levelnya tertinggi
BACA JUGA: 18.533 TKI Bermasalah Dideportasi Lewat Kepri
Selain jago soal teknik, Tholut yang pernah berkuliah di Jogjakarta itu merupakan ideolog sejatiKarena Tholut bersedia buka mulut, tim pemburu lebih mudah mencokok sisa-sisa anggotanya
BACA JUGA: PMI Gelontor Air Bersih untuk Warga Merapi
"Mereka masih di Jateng," tambah perwira yang minta dirahasiakan identitasnya tersebut.Tholut adalah assabiqunal awwalun (generasi pertama) mujahidin Indonesia yang berangkat ke Afghanistan pada 1985
Setelah pulang dari Afghanistan, Abu Tholut merintis Kamp Hudaibiyah di Filipina Selatan bersama Nasir Abbas
BACA JUGA: Berkas Kelar, Penahanan Baasyir Diperpanjang
Dia juga diamanahi sebagai ketua mantiqi (setara divisi dalam militer) III Jamaah Islamiyah yang membawahkan Indonesia Timur, Sabah, dan Serawak.Saat kerusuhan Ambon dan Poso meletus, Tholut menjadi pengendali para mujahidin yang datang dari berbagai wilayah di IndonesiaDia pernah ditahan pada 2003Tapi, tidak dalam kasus terorisme, melainkan kasus penyimpanan senjata apiDia bebas pada 27 Agustus 2007.
Adik Tholut, Kusniati, pernah menuturkan kepada Jawa Pos bahwa Tholut hidup normal dalam keluarga besarnya setelah bebasDia hidup bersama enam saudaranyaMereka berkumpul saat Idul Fitri dan bahkan saling membantu dalam bisnis pupuk organik serta tanaman hias.
Penangkapan Tholut dikomentari Ustad Abu Bakar Ba’asyir saat dijenguk Jawa Pos pada Jumat lalu (10/12) di Rutan Bareskrim Mabes PolriDia yakin penangkapan itu hanya merupakan upaya polisi untuk mengaitkan jaringan orang-orang yang berlatih di Aceh dengan dirinya"Saya memang pernah ditunjukkan videonya (latihan)Saya bilang I’dad itu baik tapi harus konsistenKalau sudah berani pakai senjata, ya jangan menyerah kalau dikepung polisi," ujarnya.
Berdasar catatan Jawa Pos, dalam sidang kasus Ba’asyir pada 21 Desember 2004, Imron alias Abu Tholut pernah menjadi saksiDia dihadirkan bersama saksi yang lain, yakni Nasir Abbas (sekarang bebas dan sering membantu polisi dalam mengungkap kasus terorisme).
Saat itu, Tholut dan Nasir saling berbantahanNasir yang dihadirkan jaksa sebagai saksi kunci mengaku yakin bahwa Ba’asyir merupakan amir Jamaah IslamiyahInformasi itu dia peroleh saat berada di Moro, Filipina SelatanKetika itu, Amir Jamaah Islamiyah Abdullah Sungkar meninggalKemudian, Hambali (ditahan di Kamp Guantanamo) memberitahukan bahwa Ba’asyir menggantikan posisi Abdullah.
Nasir mengaku beberapa kali bertemu Ba’asyirSaat jihad di Afghanistan pada 1998, dia bertemu Ba’asyir bersama AbdullahPertemuan berikutnya adalah ketika saksi dibaiat menjadi ketua mantiqi III menggantikan Imron Baihaqi pada April 2001Ba’asyir melantiknya sebagai ketua mantiqi III di suatu rumah dekat Mahad Ali di Solo, Jawa Tengah.
Semua keterangan Nasir tersebut dibantah Tholut dalam sidang yang saat itu dipimpin hakim SoedartoDia menyatakan tahu istilah mantiqi justru dari Nasir"Bagaimana mau menyerahkan kedudukan mantiqi, sedangkan istilah itu saya tahu dari dia," ujar Tholut saat itu.
Sementara itu, tim Densus 88 kemarin bergerak ke Tegal, Jawa TengahMereka menangkap Sukirno yang diduga sebagai salah seorang pelapis (bodyguard) Tholut.
Sukirno ditangkap di Desa Pekauman Kulon, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten TegalTepatnya di sebuah toko suvenir di Jalan Raya Karanganyar, selatan pom bensinPenangkapan berlangsung pukul 06.30Di toko itu, Densus menemukan sepucuk senjata laras panjang; 180 butir amunisi; 75 butir peluru kaliber 5,56 milimeter; serta sebuah laptop dan compact disc (CD).
Ketua RT 01/RW 02, Desa Pekauman Kulon, Abdul Chalim, 52, mengungkapkan, tim Densus yang beranggota delapan orang mendatangi rumahnya pukul 06.15"Mereka meminta izin kepada saya untuk dipertemukan dengan pemilik toko suvenir tersebut," jelasnya.
Dia lalu mengantarkan Densus ke ruko milik H Sholickin untuk meminta kunci duplikat ruko tersebut"Saya ikut menyaksikan mereka menggeledah isi toko," ujarnya.
Chalim memaparkan, ruko yang setiap hari menjual tas suvenir untuk hajatan di Jalan Raya Karanganyar 14 tersebut selama ini dihuni Sukirno, 45, warga Dusun Besuk, RT 02/RW 02, Kecamatan Sumobito, Jombang, Jawa TimurDia baru tiga minggu menempati ruko tersebut yang dikontrak selama setahun dan dibayar tunai Rp 10 juta.
"Yang mengontrak ya orang yang kemarin tertangkap itu (Abu Tholut)Tapi, kemudian ditempati Sukirno untuk membuka usaha toko suvenir dan susu kedelai," ungkapnya.
Senjata api laras panjang dan amunisinya ditemukan petugas di lantai atas toko tersebutSenjata itu disimpan di dalam gulungan kasur"Saya dan Pak Sholickin melihat langsung penemuan senjata dan peluru itu," katanya.
Kadivhumas Polri Irjen Iskandar Hasan membenarkan adanya penangkapan Sukirno tersebut"Status dia sudah menjadi tersangka," tegas jenderal berbintang dua ituDia memastikan bahwa tim masih bekerja di lapangan"Masih ada pengejaran sisa-sisa anggota jaringan (Abu Tholut)," katanya.
Kemarin, anggota Polda Jateng kembali mendatangi Desa Bae, Kudus, tempat Tholut ditangkapMereka mengambil sampel darah anak Tholut dan istrinya untuk kepentingan identifikasi.
Di bagian lain, Achmad Michdan, anggota Tim Pengacara Muslim, menyatakan akan mengirimkan tim investigasi independen ke Kudus untuk mengecek informasi soal penembakan Tholut saat ditangkap"Kami akan mendampingi keluarganya," ujarnya(rdl/her/lil/jpnn/c11/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baasyir Doakan Abu Tholut
Redaktur : Tim Redaksi