Jatim Tawarkan Ring III

Selasa, 05 November 2013 – 07:47 WIB

jpnn.com - SURABAYA-pemerintah provinsi menawarkan alternatif lokasi bagi industri yang berencana menanamkan modalnya di jawa timur, yakni di ring III. Alternatif lokasi itu ditujukan bagi industri padat karya yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar.

Sebab dengan berlokasi di ring III, maka besaran upah yang ditanggung lebih rendah timbang wilayah yang masuk ring I.

BACA JUGA: Rupiah Melemah, Suplai Dolar Aman

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Budi Setiawan mengatakan kebutuhan tenaga kerja khususnya industri padat karya tinggi. Karena itu, perusahaan harus menyiapkan biaya operasional yang besar sebab komponen upah terus meningkat sejalan dengan penetapan upah minimum kota/kabupaten.

"Makanya, kami mengarahkan industri padat karya seperti tekstil maupun garmen dan alas kaki agar berinvestasi di wilayah yang berada di ring III," katanya kemarin (4/11).

BACA JUGA: Upah Murah Bukan Unggulan Investasi

Sedangkan kawasan ring I, lanjut dia, dikhususkan untuk industri padat modal dan banyak menggunakan tenaga mesin. Seperti industri elektronika, industri kimia dasar, industri peralatan listrik, industri baja dan mesin otomotif.

Tawaran itu berlaku bagi investasi baru maupun industri yang ingin merelokasi pabriknya. Sebab dengan memilih berada di ring III, maka beban perusahaan dirasa dapat efisien.

BACA JUGA: Kadin Minta Pemerintah Akhiri Subsidi BBM

Menurut ia, potensi wilayah ring III tidak jauh berbeda dengan di Jawa Tengah. Daerah yang termasuk ring III antara lain, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Pacitan. "Kalau dilihat dari sisi kultur tidak jauh berbeda dengan Jawa Tengah. Selain itu, hampir sebagian besar kota/kabupaten berdekatan dengan Jawa Tengah," ujar dia.

Menurut ia dengan kesamaan kultur dan kedekatan lokasi itu secara tidak langsung Jawa Timur bersaing dengan Jawa Tengah dalam menggaet investor. Apalagi, selama ini Jawa Tengah diuntungkan dengan posisi upah minimum yang relatif murah.

"Sebenarnya, seperti Ngawi dan Madiun kalau ke Solo juga tidak jauh," tandas dia. Selain tekstil dan alas kaki, sektor yang diarahkan ke ring III salah satunya makanan minuman.

Sejalan dengan upaya memfasilitasi kebutuhan perusahaan yang berinvestasi di jatim, pihaknya juga mendorong ekspor. Selama ini, banyak produksi industri padat karya yang diekspor. Terutama tekstil dan produk tekstil. Di semester kedua ini ekspor produk tersebut tampak menggeliat, permintaan dari negara-negara tradisional mulai tumbuh.

"Sampai semester pertama lalu, ekspor tekstil dan produk tekstil sebesar USD 300 juta. Cenderung stabil dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Sampai akhir tahun ini kami harapkan bisa mencatat ekspor sebesar USD 500 juta. Sejak September ini ada peningkatan permintaan, diperkirakan kenaikan akan terus berlangsung hingga Desember nanti. Salah satunya dipicu oleh naiknya permintaan dari AS. Saat ini tekstil maupun produk tekstil dari Indonesia sangat digemari di luar negeri," urai Budi. (res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jepang Buka Celah Penyelesaian Inalum di Luar Arbitrase


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler