Artefak tua di museum Australia Selatan membantu untuk membuka rahasia dari rute perdagangan dan pertukaran warga Aborijin dari ratusan tahun yang lalu.
Para peneliti di Universitas Flinders sedang menyelidiki asal-usul beragam seni tanah liat, yang terlukis di artefak Aborijin.
BACA JUGA: Setahun Terakhir 3300 Paramedis di Australia Alami Serangan Kekerasan
Dari itu, mereka berharap untuk mencari tahu ke mana benda bersejarah itu mengembara dan bagaimana mereka dipertukarkan antar kelompok.
Peneliti bernama Rachel Popelka-Filcoff mengatakan, fasilitas x-ray teknologi tinggi di luar Melbourne sedang digunakan untuk menggali informasi.
BACA JUGA: Gadis Brisbane Ini Susun Daftar Keinginan Terakhir untuk Anjingnya yang Sekarat
"Bagaimana benda itu dibuat, apa bahan asal sebenarnya, dan mungkin teknik apa yang digunakan untuk membuatnya," ujarnya.
Ia menjelaskan, "Ketika kita melihat suatu objek, kita pada dasarnya melihat ceritanya, sejarahnya, yang ada dalam obyek itu, tetapi kita hanya bisa membayangkan berapa banyak hal berbeda mampu mengungkap informasi."
BACA JUGA: 80% Perempuan Australia Gunakan Nama Suami Setelah Menikah
Teknik ini telah digunakan sebelumnya pada lukisan bergaya Eropa, untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka, namun para peneliti mengatakan, ini adalah pertama kalinya teknik itu digunakan pada artefak Aborijin.
Untuk menggali informasi itu, para peneliti menggunakan Synchrotron, fasilitas x-ray teknologi tinggi di luar Melbourne.
Seni tanah liat merupakan bagian signifikan dari budaya Aborijin
Seni tanah liat di setiap artefak diperiksa, kemudian dibandingkan dengan sampel yang terkunci di koleksi Museum Australia Selatan.
"Kami suka menyebutnya sidik jari seni tanah liat. Kami tahu orang mencari seni tanah liat dari tempat tertentu, karena memiliki nilai budaya yang signifikan untuk kelompok tertentu dan kami tahu bahwa orang-orang akan datang karena sumber seni tanah liat ini sangat penting," utara Dr Rachel.
Ia berharap, itu akan membantu menjawab pertanyaan tentang budaya kuno.
"Sayangnya karena waktu yang terbatas, banyak dari rute pertukaran ini dan pentingnya situs seni tanah liat tersebut, banyak informasi itu telah hilang," keluhnya.
Dr Rachel menambahkan, "Jadi apa yang kami coba lakukan adalah menggunakan beberapa teknik analitis dan kimia untuk membantu merekonstruksi beberapa informasi budaya ini."
Sebuah pameran di Adelaide tengah menampilkan lebih dari 100 perisai yang digunakan oleh kelompok-kelompok adat di seluruh Australia.
Mereka digunakan dalam upacara, mitologi dan pertempuran, yang diharapkan bisa dipelajari lebih lanjut oleh para peneliti multi-bidang.
Kurator pameran, Philip Jones, mengatakan, penelitian itu akan memberikan makna lebih kepada artefak tersebut.
"Ketimbang benda-benda ini hanya menjadi representasi simbolis dari apa yang pernah dibuat, mereka menjadi alat penelitian untuk komunitas mereka sendiri," sebutnya.
Ia menyambung, "Untuk melihat ke masa lalu mereka dan sejarah mereka dan koneksi yang mereka punya di seluruh negeri.”
Philip berpendapat, "Apa yang ilmu sampaikan kepada kita sekarang adalah bahwa, ya, ada pintu baru untuk melewatinya dan pandangan baru dari pengetahuan yang bisa diperoleh dari melihat satu objek."
Ia mengatakan, pameran itu difokuskan tak hanya pada perisai estetis yang indah, tetapi juga pada komunitas dengan cerita di belakangnya.
"Anda bisa melihat dari dekat, datang tepat ke mereka dan melihat bekasnya, bekas luka pertempuran dan merenungkan peran yang perisai itu mainkan dalam kehidupan pemiliknya," ungkap Philip.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Imigrasi Australia: Pulangkan Migran yang Tidak Butuhkan Perlindungan