BACA JUGA: Dephub Audit Fuel Surcharge
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Jahja Setiaatmadja mengatakan, bank mesti harus waspada dalam menjaga likuiditas di tengah permintaan kredit yang membesar terkait Lebaran dan akhir tahun
BACA JUGA: Bumi Putera Gandeng Askrindo
"Bagi bank yang masih mempunyai likuiditas seperti BCA tetap harus berjaga-jaga
Ekspansi kredit masih akan tersedot ke sektor telekomunikasi, otomotif, dan komoditas
BACA JUGA: Garuda Diminta Turunkan Surcharge
Sementara menjelang akhir tahun, ekspansi kredit disedot oleh perusahaan-perusahaan yang mulai mengalkulasi rencana bisnisnya untuk awal tahun depan.Jahja mengemukakan, tingkat likuiditas bank sudah sangat ketatItu terlihat dari tidak seimbangnya kucuran kredit dan penghimpunan danaEkspansi kredit per semester satu yang mencapai 35 persen, sedang penghimpunan dana hanya tumbuha 15 persenSecara year to date, per Juli, ekspansi kredit sudah tumbuh 15,8 persen mencapai Rp 165,2 triliunPadahal, penghimpunan DPK hanya tumbuh 1,5 persen atau sebesar Rp 2,2 triliun
Makin ketatnya likuiditas, salah satunya, juga terlihat dari tergerusnya penempatan dana bank di Sertifikat Bank Indonesia (SBI)Per Agustus, penempatan dana di SBI sebesar Rp 149 triliun, turun 87,9 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai Rp 280 triliunPenurunan ini cukup drastis, sebab pada awal tahun penempatan dananya masih sebesar Rp 300 triliun.
Karena itu, Jahja melihat ada beberapa bank yang benar-benar kesulitan"Likuiditas ketat itu betul, namun sebenarnya belum sampai sangat kritisHanya saja, memang ada beberapa bank yang sangat kritis," tuturnya.
Bank-bank yang likuiditasnya kritis itu, jelas dia, akhirnya mencari jalan de ngan mengerek bunga deposito secara besar-besaranHarapannya jelas, yaitu penghimpunan DPK bisa ditingkatkan untuk mengimbangi ekspansi kredit"Sehingga (ada bank yang) berani menawarkan bunga deposito di atas 11 persen, (bahkan) ada yang di atas 12 persen," kata Jahja.
BCA sendiri, sambung dia, akan terus memantau kualitas likuiditasnyaBank swasta nomor wahid itu juga memanfaatkan pelunasan obligasi pemerintahPada Agustus lalu, obligasi pemerintah di mereka dilunasi sebesar Rp 5 triliun"Kita bersyukur obligasi pemerintah dilunasiBulan November nanti (dilunasi) Rp 1,6 triliun," ujarnyaDan, pada Desember, akan dilunasi Rp 6,7 triliun"Sehingga setiap ada permintaan dari unused loan facility bisa kita penuhi," terang Jahja
Secara terpisah, Kepala Ekonom PT BNI Tbk Anton Gunawan mengatakan, masalah likuiditas perbankan masih akan terus membayangi hingga akhir warsa"Masalah likuiditas sudah sangat mengkhawatirkanBank harus segera mengerem kreditnyaPerang bunga deposito juga tak terhindarkan karena SBI sudah banyak dijual," tegasnya.
Khusus untuk bank-bank pelat merah, kata dia, saat ini tengah menunggu penggunaan dana-dana pemerintah yang biasanya dikebut pada akhir tahun”Makanya, ada bank pemerintah yang beberapa kali menaikkan bunga depositonya, karena memang sangat kekurangan likuiditas,” terang Anton.
Dia mengingatkan potensi kredit bermasalah (NPL/non performing loan) di tengah belum pastinya kondisi perekonomian”Naiknya BI rate cukup tepat untuk mengerem laju kreditJika bank nantinya terus mengucurkan kredit, potensi NPL-nya sangat besar,” tuturnya
Terkait lambatnya penghimpunan DPK, menurut dia, disebabkan oleh makin maraknya instrumen investasi di pasar keuangan yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan produk-produk perbankan"Karena itu bank harus kreatif agar tidak mengalami masalah dalam pendanaan," terangnya.(eri/fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awasi Kontrak Kerja Pertamina dan Medco
Redaktur : Tim Redaksi