Jelang All England, Greysia Polii dkk Latihan Servis 115 Cm

Sabtu, 24 Februari 2018 – 10:19 WIB
Greysia Polii (depan) dan Apriyani Rahayu. Foto: Badminton Indonesia.

jpnn.com, JAKARTA - Aturan baru bulu tangkis soal batasan tinggi servis setiap pemain menjadi 115 cm, akan dimulai di All England 2018, yang bakal digelar 14-18 Maret nanti.

Sebelumnya, tinggi servis disesuaikan dengan antropometri tubuh masing-masing yaitu di rusuk terbawah.

BACA JUGA: Daftar Pebulu Tangkis Indonesia Untuk All England 2018

Nah, aturan baru batasan tinggi servis ini mengharuskan saat pertemuan shuttlecock dan kepala raket (impact), tidak boleh lebih tinggi dari 115 cm. Guna mempersiapkan para atlet, PBSI telah memulai latihan servis menggunakan alat pengukur tinggi servis.

Tiga wasit bersertifikat BWF pun didatangkan ke pelatnas Cipayung untuk memberi arahan dan masukan kepada para atlet mengenai aturan baru ini.

BACA JUGA: Ahsan/Hendra dan Praveen/Debby Reuni di All England 2018

Salah satunya adalah Edy Rufianto yang telah malang melintang bertugas sebagai wasit dan hakim servis di berbagai turnamen internasional.

“Rata-rata kesulitannya adalah tangan kiri yang memegang shuttlecock, selalu mengangkat ke atas pada saat akan memukul shuttlecock. Bisa saja sebelum servis, shuttlecock posisinya di bawah, tapi saat impact, tangannya ke atas, waktu mau memukul ke bawah lagi. Ini mungkin terjadi, seperti servisnya Christinna Pedersen,” kata Edy seperti dikutip Badminton Indonesia.

BACA JUGA: Aduh, Undian All England 2018 Merugikan Indonesia

“Ini tujuannya mengawasi servis tinggi. Mungkin awalnya ada pemain-pemain tertentu yang merasa dirugikan dengan aturan yang lama. Servisnya sering di-fault dengan batasan iga terbawah, artinya sesuai dengan antropometri si atlet. Kalau atletnya tinggi seperti (Mads Pieler) Kolding, ya berarti otomatis rusuk terbawahnya juga tinggi. Rusuknya dia akan sedada orang lain, misalnya Kevin (Sanjaya) yang tidak terlalu tinggi,” tutur Edy.

Dia menyebutkan, aturan baru ini memang kurang menguntungkan bagi pemain berpostur tinggi, namun menguntungkan untuk pemain berpostur tidak terlalu tinggi, seperti mayoritas pemain Indonesia. Batasan 115 cm ini dianggap sebagai batas aman bagi pemain untuk melakukan servis tinggi (flick servis), bahkan mereka yang tinggi sekali pun.

“Greysia (Polii) saya ukur rusuk terbawahnya itu ketinggiannya 112 cm, artinya dia diuntungkan tiga cm lebih tinggi dari aturan yang lama. Servisnya dia bisa naik lagi tiga cm,” tambahnya.

Edy juga menjelaskan bahwa dalam poin 9.13 aturan mengenai servis yang mengharuskan batang dan kepala raket harus mengarah ke bawah pada saat servis, sekarang ini tidak diberlakukan. Dengan kata lain, pemain bisa bebas melakukan servis seperti apa pun asalkan impact nya tidak lebih dari 115 cm.

“Jadi karakter permainan bulutangkis memang sudah bergeser. Sebelumnya di bulutangkis, servis itu kan awal dimulai permainan, kalau di tenis jadi awal serangan, kalau sekarang bisa jadi servis di bulutangkis itu awal serangan juga,” ucap Edy.

“Sekarang tidak ada batasan batang raket dan kepala raket di bawah, bisa saja Kevin servis drive, bisa serang. Untuk pemain seperti Kevin, Marcus (Fernaldi Gideon), Apriyani (Rahayu), aturan ini justru menguntungkan, buat yang berpostur tinggi, ini bisa jadi bencana,” pungkasnya. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Viktor Axelsen Unggah Video Sindir Aturan Servis 1,15 Meter


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler