Jelang HUT Ke-49 PDIP, Megawati Soekarnoputri Tulis Pesan Ini untuk TPDI

Kamis, 06 Januari 2022 – 20:57 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mewakili Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan piagam penghargaan kepada anggota TPDI di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (6/1). Dalam acara itu, Hasto membacakan surat berisi pesan khusus dari Megawati Soekanoputri untuk TPDI. Foto: DPP PDIP.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri menulis pesan khusus berisi ucapan terima kasih untuk para anggota Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI).

Pesan itu sengaja ditulis Megawati Soekarnoputri untuk TPDI yang merupakan bagian dari sejarah lahirnya PDIP. 

BACA JUGA: Hasto Memuji Timnas Indonesia: Para Pemain Sudah Berjuang Keras

Surat yang ditulis Bu Mega menjelang momen puncak HUT Ke-49 PDI Perjuangan itu dibacakan langsung oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di hadapan para anggota TPDI. 

Pembacaan surat itu dilakukan saat acara diskusi dan makan bersama di Kantor Pusat DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, kamis (6/1). 

BACA JUGA: Sekjen PDIP Ungkap Misi Kedaulatan Pangan Megawati Soekarnoputri ke Menteri Teten

Berikut isi pesan Megawati Soekarnoputri dalam surat tertanggal 6 Januari 2022: 

“Tolong sampaikan ke seluruh anggota Tim Pembela Demokrasi Indonesia. 

BACA JUGA: Megawati Memprakarsai Gerakan Pemulihan Total Bangsa dari Pandemi Covid-19

Setiap merayakan HUT PDI Perjuangan, saya selalu merasakan getaran perjuangan penuh keyakinan dan optimisme, serta daya juang yang saat itu ditunjukkan oleh TPDI. 

Melalui jalur hukum yang ditempuhnya dan dukungan arus bawah yang begitu kuat, PDI akhirnya bertransformasi menjadi PDI Perjuangan. 

Kesetiaan pada jalan hukum, dengan kebenaran moral dan jalan keadilan, serta berkat dukungan dari Tuhan Yang Mahakuasa, akhirnya PDI Perjuangan berhasil menghadapi berbagai bentuk skenario politik yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

Dari lubuk hati saya terdalam, saya sungguh mengucapkan terima kasih atas segala perjuangan serta dukungan dari TPDI.” 

Mewakili Megawati, Hasto memimpin jajaran pengurus partainya menjamu TPDI

Hadir Yasonna Laoly, Ketua Bidang Hukum, HAM dan Perundang-undangan DPP PDIP Yasonna Laoly, yang kini menjabat Menteri Hukum dan HAM. 

Kemudian, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Ahmad Basarah, dan Mindo Sianipar, Ribka Tjiptaning.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP Trimedya Panjaitan juga hadir. 

Trimedya Panjaitan sekaligus hadir sebagai anggota TPDI. 

Selain itu, ada pula anggota DPR Fraksi PDIP Andreas Hugo Pareira.

Semua anggota TPDI diundang dalam acara itu. 

TPDI adalah kumpulan ahli hukum yang pernah membela PDIP dan Megawati Soekarnoputri dalam kasus 27 Juli 1996. 

Mereka berani secara terbuka menentang kekuasaan politik Rezim Orde Baru. 

Di dalam TPDI, ada para aktivis, seperti Petrus Selestinus, Nusyahbani Katjasungkana, Didik Supriyanto, Sugeng Teguh Santoso, Erick S Paat, Erlina Tambunan, Gilbert Silitonga. 

Kemudian, Pantas Nainggolan, Simeon Petrus, Stefanus Dionysous, Tumbu Saraswati, Berlin Pandiangan, Edi Sadikun, Kaspudin Nor, Firman Akbar, Hasoloan Hutabarat, Netty Saragih, Martin Erwan, Terkelin Brahmana, Saut Pangaribuan. 

Hasto mengatakan bahwa TPDI hadir ketika Orde Baru berusaha mengadang kepemimpinan Megawati di PDI, dan desakan aktivis demokrasi saat itu agar putri Proklamator Bung Karno itu menggerakkan revolusi. 

Namun, Megawati justru memilih jalur hukum dan didukung oleh TPDI. 

Akhirnya, perjuangan TPDI itu menjadi bagian dari sejarah hingga PDI bertransformasi menjadi PDIP yang segera berusia 49 tahun.

“Ibu Megawati menyatakan TPDI telah mengukir sejarah dengan kekuatan moral dan hukum,” ujar Hasto.

Menurut dia, di PDIP itu hal ini diajarkan juga kepada para kader. 

Para kader dalam berpolitik harus setia pada jalan hukum. 

“Dengan  jalan hukum, PDI Perjuangan berhasil menghindari berbagai skenario Orde Baru saat itu,” beber Hasto.

Menurut dia, pihaknya akan membuat buku khusus mengenai sepak terjang dan perjalanan TPDI sebagai bagian dari sejarah PDIP. 

Buku itu rencananya akan dikerjakan oleh sejumlah jurnalis senior. 

“Tulisan ini nantinya akan menjadi bagian dari sejarah partai dan akan diajarkan dalam sekolah kader PDI Perjuangan,” kata Hasto. 

Yasonna Laoly menambahkan PDIP berterima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi dan pengorbanan yang telah diberikan oleh TPDI. 

Menurutnya, TPDI telah berjuang bersama-sama dengan segala keterbatasan yang ada.

“Perjuangan memang selalu membutuhkan pengorbanan dan bapak ibu semua telah menunjukkan pengorbanan itu. Tanpa kehadiran bapak ibu, mungkin perjuangan ini tidak akan jadi sejarah,” kata Yasonna.

Menurut Yasonna, mungkin saja sekarang ini ada yang sudah berbeda partai. 

“Namun, ruh semangat anda kini hidup di diri PDI Perjuangan,” katanya. 

Dia pun mengajak untuk terus bersama-sama berjuang bagi bangsa dan negara ini. 

“Mari bersama-sama, masih banyak tugas kita buat bangsa negara ini, perjuangan yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa,” ujarnya.

Selain makan bersama, 24 dari 56 anggota TPDI yang masih ada dan hadir, juga diberi kesempatan menyampaikan isi hati maupun masukannya untuk PDIP. 

Petrus Selestinus, misalnya, menyoroti masih banyaknya tugas kebangsaan harus dikerjakan. 

Salah satu tantangan yang ada adalah persoalan terorisme dan radikalisme yang hadir dengan maraknya intoleransi.

“Maka kita harus tetap waspada dan kita harus bersama-sama berjuang menjaga negara kita. Semoga perjuangan kita tetap bisa sama walau kami tetap independen, tidak menjadi anggota PDIP,” pungkas Petrus.

Dalam kesempatan itu, PDIP juga menyerahkan piagam penghargaan kepada seluruh anggota TPDI. (boy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler