Jenis Bajakah Mana Penyembuh Kanker? Ada yang Beracun

Senin, 19 Agustus 2019 – 00:57 WIB
Kanker payudara. Foto: AMDC

jpnn.com, PALANGKA RAYA - Temuan tiga siswa SMA Negeri 2 Palangka Raya, Kalteng mengenai tanaman bajakah sebagai obat penyembuh kanker, mendapat perhatian luas di masyarakat.

Menyikapi hal ini, Pemprov Kalteng mengeluarkan larangan eksploitasi bajakah besar-besaran. Alasannya, tanaman bajakah menurut mereka juga bisa membahayakan.

BACA JUGA: HUT ke-74 RI, Muhadjir Beri Penghargaan ke Siswa Penemu Obat Kanker

Sekda Kalteng Fahrizal Fitri menyurati BKSDA Kalteng dan bertemu dengan lembaga terkait seperti BalaiKarantina Pertanian di bandara, hingga Angkasa Pura II.

“Intinya untuk menjaga jangan sampai akar bajakah ini diekploitasi lebih besar, ya tentu akibatnya kerusakan habitatnya,” ucapnya saat diwawancarai para awak media usai upacara HUT ke-74 RI di Stadion Sanaman Mantikei, Sabtu (17/8).

BACA JUGA: Obat Kanker Usus Tak Ditanggung BPJS Lagi, Mbak Okky Protes

Fahrizal mengatakan, berdasarkan karakteristik tanaman, bajakah tidak hidup sendiri. Artinya, tanaman ini dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitarnya, butuh tanaman lain yang sifatnya adalah perambat.

BACA JUGA: Ranking PTN 2019: UGM Peringkat 2, UI Terus Merosot, Mengapa ya?

BACA JUGA: Pasien Peserta BPJS Kesehatan Gunakan 2 Obat Kanker Ini Harus Bayar

“Karena ini proses penelitian awal, yang juga salah satu kekayaan alam Kalteng, diharapkan kita jaga semuanya,” terangnya.

Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng ini mengingatkan, masyarakat agar memperhatikan apakah betul akar bajakah yang diambil itu bisa untuk menyembuhkan penyakit atau sebaliknya. Karena akar bajakah sendiri banyak jenisnya.

“Sehingga kita tidak tahu mana yang benar, mana bajakah yang bisa menyembuhkan penyakit itu. Karena tanaman ini ada yang beracun, agar masyarakat untuk lebih hati-hati, jangan sampai viral lalu mencarinya berlebihan,” ujar Fahrizal.

Intinya perlu penelitian lanjutan lagi apakah tanaman ini betul-betul bisa menyembuhkan penyakit kanker atau tidak. Sehingga ada kejelasan dan tidak terjadinya eksploitasi besar-besaran.

“Kami sudah meminta BPOM untuk meneliti ini, termasuk agar lembaga ini melakukan pembinaan bagi masyarakat yang menjual tanaman ini dengan bebas. Serta harus ada pengakuan dari BPOM kandungan apa saja di dalamnya sehingga betul-betul dikonsumsi aman oleh masyarakat luas,” tandas Fahrizal.

Untuk itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng diminta memantau eksploitasi dan pengiriman kayu bajakah. Namun, BKSDA masih kebingungan lantaran bajakah banyak jenisnya. Ada bajakah yang mengandung zat bisa membunuh sel mematikan (tumor / kanker), ada juga bajakah yang tidak mengandung apa-apa.

“Bingung mas karena kayu bajakah yang sekarang lagi viral itu ada banyak jenisnya. Yang dilarang jenis kayu bajakah yang mana?” jelas Kepala BKSDA Adib Gunawan kepada Kalteng Pos, Sabtu (17/8).

Larangan atau permintaan pemerintah terhadap BKSDA terkait kayu bajakah seharusnya disertai dengan hasil kajian dari otoritas keilmuan. Sehingga, BKSDA bekerja sama dengan balai karantina melakukan pengawasan eksploitasi kayu bajakah di hutan dan pengiriman ke luar Kalteng.

“Seharusnya ada rilis resmi mas dari otoritas keilmuan seperti Banlitbang, lembaga penelitan dari kampus di sini Palangka Raya, karena itu yang menjadi dasar bagi kami di lapangan. Langkah awal sekarang ini kami lakukan pemantauan dan pengawasan mas di bandara, pelabuhan laut dan beberapa titik lainnya yang ada kemungkinan kayu tersebut dibawa ke luar,” ujar Gunawan.

Sejak menjadi viral setelah penelitian awal oleh tiga SMAN 2 Palangka Raya, ekploitasi akar atau bajakah mulai dilakukan besar-besaran untuk meraup keuntungan. (old/ari/abe)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata 4 Bahan Sederhana ini Ampuh Melawan Kanker


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler