jpnn.com, TOKYO - Hingga Selasa (10/7), Jepang masih bergelut dengan lumpur dan sampah akibat banjir dan tanah longsor yang melanda kawasan barat negerinya sejak pekan lalu.
Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe menyebut bencana alam yang merenggut 155 orang itu sebagai yang terburuk dalam kurun 36 tahun terakhir.
BACA JUGA: Pemimpin Sekte Maut Bertemu Ajal di Tiang Gantungan
”Ada banyak permintaan yang masuk agar listrik normal kembali karena masyarakat membutuhkan AC. Tapi, di sisi lain, kita harus memikirkan keselamatan para korban banjir dan tanah longsor,” kata Menteri Keuangan Taro Aso sebagaimana dilansir Reuters. Dia mengaku belum bisa memberikan jawaban.
Kemarin Abe terpaksa membatalkan lawatan ke mancanegara. Dia memutuskan bertahan di Jepang untuk memantau perkembangan banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan ratusan orang raib tersebut.
BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Cuma Jepang yang Bisa Melakukannya
Sejak pekan lalu, listrik di sejumlah area memang dipadamkan untuk menekan jumlah korban. Namun, belakangan, temperatur udara di Jepang melonjak. Kemarin suhu mencapai 33 derajat Celsius.
Karena itu, penduduk di sekitar lokasi banjir mendesak pemerintah segera menormalkan aliran listrik. Sejauh ini, baru 3.500 rumah tangga yang kembali teraliri listrik setelah bencana yang memorak-porandakan Kurashiki tersebut. (c7/hep)
BACA JUGA: Luar Biasa! Ini yang Terjadi Usai Jepang Kalah dari Belgia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiat Jepang Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2018 Layak Ditiru
Redaktur & Reporter : Adil