jpnn.com, SAMARINDA - Fenomena kelangkaan BBM jenis solar yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur belakangan ini ternyata disalahgunakan oleh sejumlah preman.
Para preman berusaha memalak para supir truk yang sedang mengantre panjang di sejumlah SPBU akibat kelangkaan solar tersebut.
BACA JUGA: Antrean Solar Subsidi di SPBU, Hiswana Migas: Catat Nopol Kendaraan, Pastikan Pembeli Tepat Sasaran!
Informasi dihimpun, aksi premanisme itu terjadi di sejumlah titik SPBU di Kota Tepian yang mengalami antrean panjang.
Salah satunya di SPBU di Jalan Untung Suropati, Kecamatan Sungai Kunjang. Pemalakan itu dialami seorang sopir berinisial SR.
BACA JUGA: Aming jadi Bos Penimbun Solar
Pria 50 tahun yang berprofesi sebagai sopir truk kontainer itu mengaku kerap dipalak preman saat sedang mengantre BBM solar.
Tidak hanya SR saja, terhitung ada 400 orang rekan seprofesinya mengeluhkan hal serupa.
BACA JUGA: Mohon Maaf Pertalite Tak Tersedia di SPBU Ini, Silakan Isi Pertamax
"Solar langka di mana-mana. Kami para sopir truk sering mengantre panjang di SPBU. Kalau antre bukan hitungan jam, malah bisa sampai berhari-hari. Kadang sudah berhari-hari ikut mengantre tidak kebagian solar," terang SR ketika ditemui JPNN.com, Rabu (30/3/2022).
Di tengah situasi yang sulit seperti itu, pelaku premanisme justru melakukan aksi pungli.
Bermodalkan senjata tajam, para preman itu kerap memalak dan mematok harga pada para sopir truk yang sedang ikut mengantre solar di SPBU.
Para preman bahkan bisa mengatur urutan antrean sopir truk. Apabila ingin mendapatkan nomor urutan terdepan, sopir truk diminta membayar sebesar Rp 50 ribu.
Untuk sopir yang memilih antre dengan cara normal akan ditarik biaya sebesar Rp 5 ribu.
Aksi pungli yang dilakukan preman itu terjadi di dua lokasi SPBU di kecamatan Sungai Kunjang.
Di antaranya SPBU di Jalan KH Mas Mansyur dan Jalan Untung Suropati. Kedua SPBU ini memang melayani pengisian solar bersubsidi untuk truk besar.
"Saya sering ikut mengantre di dua SPBU di kawasan Kecamatan Sungai Kunjang. Di sana kami memang sering dipungut biaya mengantre. Ditempa lain ada, teman-teman semuanya mengeluh karena ada praktek seperti ini," ungkap SR.
SR mengaku pernah mengantre solar selama empat hari di SPBU di Jalan Untung Suropati.
Dia baru bisa mendapatkan solar selama itu sebab para preman lebih memprioritaskan mobil atau truk yang membayar urutan antre.
"Istilahnya nyuntik atau menembak, kalau mau cepat harus begitu. Bayar. Saya tadi baru dapat solar mengantre dua hari. Kalau membayar lebih ke pemungut (preman), bisa lebih cepat diprioritaskan," bebernya.
Praktik pungutan liar yang dilakukan preman itu turut dibenarkan JR, salah satu sopir truk yang ikut mengantre solar di SPBU Jalan Untung Suropati.
Pria 46 tahun itu mengaku tidak pernah mau bayar untuk mempercepat antrean.
"Saya kalau ngantre di SPBU Sungai Kunjang (Jalan Untung Suropati) paling banyak 5ribu saja. Itu cuma biaya antre normal. Kalau mau menembak, diminta Rp 50 ribu," ungkapnya kepada JPNN.com,
Dikonfirmasi terpisah, Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Andhika Dharma Sena mengatakan akan menindaklanjuti informasi adanya aksi premanisme di sejumlah SPBU di Samarinda.
"Akan segera kami tindaklanjuti informasi ini. Kami juga menghimbau para supir untuk tidak membiarkan aksi premanisme ini dengan membuat laporan ke kami," pungkasnya. (mcr14/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Solar Langka, Nelayan Aceh: Alihkan Anggaran Pemilu untuk Tambah Kuota Subsidi BBM
Redaktur : Natalia
Reporter : Arditya Abdul Aziz