jpnn.com - PERSETERUAN dua pemain bersaudara kembali tersaji dalam pentas Piala Dunia kali ini. Lagi-lagi itu melibatkan Boateng bersaudara. Jerome Boateng dari sisi timnas Jerman, dan Kevin-Prince Boateng yang tetap setia membela negara kelahiran ayahnya, Ghana.
Pertemuan di Fortaleza ini bukanlah yang pertama kali di level timnas. Sebelumnya, pada Piala Dunia 2010 silam, dua Boateng ini sempat bentrok dalam pertandingan ketiga fase grup. Saat itu, Boateng mudalah yang berjaya bersama Jerman dengan menekuk Ghana satu gol.
BACA JUGA: Menangkan Uruguay, Suarez Diancam Diusir dari Inggris
Pertemuan di level timnas juga berlanjut ke level klub. Apalagi sejak kepindahannya dari AC Milan menuju ke salah satu klub Bundesliga, Schalke 04 pada musim 2013/2014 lalu. Kedua pemain ini bisa saling bertemu di level klub. Kevin-Prince di Schalke, dan Jerome di Bayern Muenchen.
Namun, lagi-lagi Boateng muda yang tetap membuktikan keunggulan dirinya ketimbang sang kakak. Selalu diturunkan Jens Keller dalam setiap kali pertemuannya dengan Bayern, Kevin-Prince tetap gagal. Schalke tumbang di Veltins-Arena (kandangnya sendiri), dan juga menyerah di Allianz Arena (kandang Bayern).
BACA JUGA: Lawan Iran, Ubah Strategi demi Si Kutu
Nah, pertemuan di Fortaleza ini bagaikan momen perhitungan antara si kakak dengan si adik. Makanya, demi gengsi dan ekspektasi besar antara dua negara penuh kepentingan di Piala Dunia 2014 ini, kedua pemain yang kelahirannya terpaut satu tahun tersebut memilih tidak saling berkomunikasi.
Seperti yang diberitakan di AFP, kedua pemain ini menghentikan kontak komunikasinya sebelum menjalani bentrok tersebut. Padahal, sebelumnya, kedua pemain ini selalu kontak lewat pesan pendek ataupun telepon.
BACA JUGA: Lawan Nigeria, Si Naga Ogah Duluan Menyerah
"Sedangkan akhir-akhir ini kami tidak saling berkomunikasi. Ini kami lakukan hanya untuk menjaga konsentrasi masing-masing," ujarnya.
Kevin-Prince mengakui banyak perbedaan argumen antara dia dengan sang adik. Namun, di posisi lain, keduanya tetap profesional. Perseteruan hanya terjadi jika keduanya berada di lapangan hijau. Profesionalitasnya itu diibaratkan oleh pemain berusia 27 tahun tersebut seperti menjalani pertarungan di Colloseum, Roma.
"Semuanya seperti kembali ke Romawi Kuno. Banyak orang yang berada di sekitaran arena, dan mereka semuanya menginginkan pertarungan antara kedua tim. Masing-masing tim menginginkan kemenangan, seperti kami yang siap bertarung mati-matian melawan Jerman," koarnya kepada Bild.
Walaupun secara prestasi si adik lebih baik, Kevin-Prince tetap menganggap dirinya lebih baik. Sejak berusia tujuh tahun, dia sudah lebih dulu bermain di tim utama tim junior Hertha Berlin. Hanya, nasib baiknya tidak berpihak begitu sama-sama beralih ke klub senior.
Pun demikian dengan di Piala Dunia kali ini. Kevin-Prince bermain dari bangku cadangan ketika Ghana ditumbangkan AS pada laga perdana. Sebaliknya, si adik malah menjadi salah satu kunci kemenangan Jerman setelah mampu mematikan pergerakan kapten Portugal, Cristiano Ronaldo.
Bedanya, untuk pertemuan kali ini, Kevin-Prince kepada TZ merasa dirinyalah yang akan tampil lebih baik.
"Bagiku, ini pertandingan termudah sepanjang karirku. Apapun yang terjadi, saya hanya mengharapkan saya bisa menang, dengan harapan yang tidak akan melukai siapapun," tandasnya. (ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gol Rooney tak Selamatkan Inggris
Redaktur : Tim Redaksi