Jihad Bukan Dengan Ngebom, Tapi Entaskan Kemiskinan

Jumat, 15 April 2016 – 19:39 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - JAKARTA – Terorisme yang selama ini sering dikaitkan dengan Islam dianggap tak beralasan. Sebab, Islam tak pernah mengajarkan umatnya untuk merusak, meneror atau membunuh.

"Sejak dulu warisan Islam itu adalah kelembutan dan kasih sayang sesama manusia. Salah satu contoh Islam menyuruh umatnya berdakwah secara hikmat dan memberi nasihat dengan cara yang baik dan lembut. Bahkan untuk setiap masalah yang terjadi, Islam menyarankan dilakukan dialog yang baik dengan tidak menyakiti siapa pun," tutur Ahmad Satori Ismail, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Jumat (15/4).

BACA JUGA: DPR: Dikti Harus Tindak Tegas Yayasan SGU

Dia menambahkan, ajaran itu sudah disampaikan Nabi Muhammad. Saat perang pun diajarkan menghormati musuh dan tidak boleh menyakiti anak-anak, wanita, dan orang tua.

"Jadi tidak ada hubungannya antara Islam dan dengan aksi-aksi terorisme yang terjadi akhir-akhir ini. Mereka tidak paham makna sebenarnya Islam yang mengajarkan kelembutan, kedamaian dan rahmatan lil alamin. Itulah inti ajaran Islam," ujar Ahmad.  

BACA JUGA: Purnawirawan Jenderal Dilantik Jokowi jadi Gubernur Lemhanas

Untuk itu, ia mengajak seluruh bangsa Indonesia memperkuat pemahaman tentang makna Islam yang sebenarnya. Itu bisa dilakukan dengan belajar dari ulama, baik melalui pesantren atau pun lembaga pendidikan yang ada, terutama buat generasi muda.

Ini dinilai sangat penting agar para generasi tidak terjebak dan terpengaruh dengan propaganda paham radikal terorisme. Salah satunya adalah pengertian jihad. Menurutnya, jihad bukan dengan melakukan bom bunuh diri. Jihad bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan tenaga, harga, dan jiwa.

BACA JUGA: Komisioner Komnas HAM Akui Foto Mesra, Mengaku Diteror

"Di zaman sekarang, perjuangan (jihad) kita bukan dengan angkat senjata, tapi dengan memerdekaan negeri ini dari pengaruh asing, kemiskinan, sehingga Indonesia bisa menjadi negara yang aman, damai, makmur, dan sejahtera," ungkap Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI ini.

Sementara itu, Guru Besar Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Bambang Pranowo menilai, penguatan pemahaman Islam yang moderat dan toleran menjadi salah satu senjata untuk mencegah masuknya paham kelompok radikal terorisme seperti ISIS.

Karena itu, pemerintah dan Ormas Islam di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berkewajiban memberikan pemahaman Islam kepada segenap anak bangsa.

Menurutnya, langkah yang telah dilakukan pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan melakukan kampanye dan sosialisasi pencegahan paham kekerasan dan ISIS di berbagai kalangan sudah bagus. Namun itu harus ditindaklanjuti dengan adanya penguatan pemahaman tentang Islam sesuai ajaran yang benar. (jos/jpnn)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Besar Itu Sering Menerima Aspirasi Soal Amandemen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler