jpnn.com - MEDAN - Calon presiden (capres) Joko Widodo menilai ujian nasional (UN) untuk jenjang pendidikan SD dan SMP tidak diperlukan. Karenanya, calon presiden yang diusung koalisi PDI Perjuangan, PKB, NasDem, Hanura dan PKPI ini akan menghapusnya jika pemerintahannya berkuasa nanti.
"Kalau UN di SD di SMP itu lebih baik tidak ada," kata Jokowi di acara Lokakarya Peningkatan Kualitas dan Kesejahteraan Guru di kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (10/6).
BACA JUGA: Demo di Depan Istana, Minta SBY Seret Mafia Migas ke KPK
Sementara untuk UN di tingkat SMA, Jokowi menilai masih perlu untuk diterapkan. Namun, tetap tidak digunakan sebagai mekanisme untuk menentukan kelulusan.
"Kalau SMA itu tidak dipakai untuk kelulusan tetapi untuk pemetaaan kualitas pendidikan," ujarnya.
BACA JUGA: Sekjen PAN Anggap Debat Perdana Masih Pemanasan
Selain menghapus UN, Gubernur DKI nonaktif ini juga berniat melakukan perombakan besar-besaran terhadap kurikulum pendidikan. Ia berniat untuk memperbesar porsi pendidikan karakter, etika dan budi pekerti terutama di tingkat SD dan SMP.
Gagasan tersebut merupakan penerapan dari konsep revolusi mental yang diusung Jokowi. "Inilah revolusi mental. Sebenarnya pelajaran matematika bisa disisipkan integritas dan kejujuran. Di SD 80 persen (budi pekerti) - 20 persen (pengetahuan), SMP 60 persen (budi pekerti)-40 persen (pengetahuan), di SMA baru 20 persen (budi pekerti)-80 persen (pengetahuan)," papar capres nomor urut 2 ini. (dil/jpnn)
BACA JUGA: Teuku Bagus Akui Pemberian Rp 2,5 M ke Olly Dondokambey
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Anggota KPU saat Trimedya Bertemu Budi Gunawan di Restoran
Redaktur : Tim Redaksi