Jimly Asshiddiqie Ungkap Hal yang Tak Disukai pada KAMI

Selasa, 04 Agustus 2020 – 18:08 WIB
Prof Jimly Asshiddiqie menanggapi KAMI. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPD RI Prof Jimly Asshiddiqie mengatakan para tokoh yang berhimpun dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia alias KAMI perlu didengar aspirasinya.

Walaupun secara pribadi dirinya kurang sreg dengan diksi yang dipakai untuk penamaan gerakan yang dimotori Prof Din Syamsuddin tersebut.

BACA JUGA: KAMI Bisa Menyadarkan Rakyat Bahwa Bangsa Ini Sedang Tidak Baik-baik Saja

"Saya rasa KAMI itu kita dengarkan. Kelompok yang kecewa. Ya tidak apa-apa itu didengar saja enggak usah dimaki-maki. Tidak usah di-bully. Itu kan tokoh terhormat semua, kita hormatilah," kata Prof Jimly saat berbincang dengan jpnn.com mengenai kemunculan KAMI, Selasa (4/8).

Nah, mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini kemudian menyoroti soal pilihan diksi yang dipakai untuk menamai gerakan moral tersebut.

BACA JUGA: Deklarasi KAMI Ibarat Hanya Gigitan Semut Untuk Jokowi

"Tentu ada soal pilihan diksi. Saya sendiri merasa dengan memilih kata-kata menyelamatkan, artinya ini enggak selamat ini negara. Itu mungkin berlebihan. Tetapi ini kan soal penilaian orang per orang," lanjut tokoh kelahiran Palembang, Sumatera Selatan ini.

Dia pun menekankan bahwa yang diperlukan saat ini adalah kesediaan untuk saling mendengarkan.

BACA JUGA: Simak Penjelasan Pejabat KemenPAN-RB, Mungkin PPPK Sedikit Lega

Tidak hanya untuk teks kata-kata yang tersurat dari gerakan KAMI, namun juga yang tersirat.

"Yang jelas keperluan saling mendengar. Di balik teks kata-kata ada apa ini? Jadi bukan teks kata-katanya itu yang penting. Kalau teks kata-katanya, saya pun tak begitu cocok dengan istilah menyelematkan itu. Memangnya sekarang sudah enggak selamat apa? Hehe. Kayak sudah mau bubar gitu lho, negara ini. Ya enggak sampai sebegitulah," tutur Prof Jimly.

Namun demikian, kata mantan ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini, kalau ada ekspresi dan pendapat dari kelompok mana pun, tentu harus didengar oleh pemerintah. Apalagi mereka bukan orang sembarangan.

"Ini tokoh-tokoh bukan orang sembarangan. Ada Rizal Ramli, ada Pak Din Syamsuddin, ketua dewan pertimbangan MUI. Ya jangan diabaikan," ucapnya.

Kemunculan KAMI, tambah Prof Jimly, hanya satu contoh saja dari banyak kelompok yang ada. Pada intinya, semua ingin didengar aspirasinya oleh pemerintah.

"Ya perlu didengar apa mau mereka. Saya sendiri kan tidak tahu. Saya kenal semua, cuma kan barangkali yang tersurat dan tersirat pasti beda. Ya didengarkan," tandas Prof Jimly. (fat/jpnn)

 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler