jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie telah menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Kamis (15/5). Pertemuan Ical -sapaan akrab Aburizal Bakrie- dengan Mega sudah bertemu dua kali dengan calon presiden (capres) yang diusung oleh PDIP, Joko Widodo.
Namun, menurut pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens, pertemuan itu belum tentu menjadikan sinyal bahwa kedua partai besar ini akan berkoalisi di pilpres 9 Juli nanti.
BACA JUGA: Baru Prabowo-Hatta yang Sah Jadi Pasangan Capres
"Karena Partai Golkar harus melalui mekanisme rapat pimpinan nasional (Rapimnas) yang justru di dalam internal Golkar masih sangat cair soal dukungan ARB untuk menjadi capres atau cawapres," kata Boni kepada INDOPOS (Grup JPNN.com), Kamis (15/5).
Selain masih ada intrik internal, keberadaan ARB untuk menjadi cawapres juga dipastikan sulit untuk diterima oleh koalisi yang dipimpin oleh PDIP atau Gerindra. Jadi mau tidak mau Golkar pun harus memajukan sosok lain.
BACA JUGA: JK, Samad dan Mahfud Sama-sama Berpeluang Dampingi Jokowi
"Tetapi saya mengingatkan agar Golkar dapat memajukan sosok lain yang lebih muda agar terjadi regenerasi di tubuh partai beringin ini," tuturnya.
Atas dasar itu, ia menegaskan bahwa sosok Jusuf Kalla (JK) yang saat ini kuat untuk digadang-gadang menjadi wakilnya Jokowi harus ditolak.
BACA JUGA: Din Syamsuddin: Capres Terindikasi Korupsi Harus Beri Klarifikasi
Bukan hanya harus ditolak oleh Golkar, sosok JK ini juga harus ditolak oleh PDIP dan Jokowi. Karena keberadaan justru akan menjadi bumerang dalam kepemimpinan Jokowi ke depannya.
"Jika Jokowi memilih JK, nantinya yang dominan itu justru JK dibanding Jokowi dalam mengelola pemerintahan," kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini.
Menurutnya, sosok JK yang identik sebagai pengusaha juga bisa merusak aura politik dari Jokowi yang selama ini bersih. "Saya tidak setuju karena alasannya ada kemungkinan terjadi tumpang tindih pimpinan. JK itu nantinya sulit memisahkan diri bagaimana mengelola kepentingan rakyat dengan bisnis keluarga. Lagipula JK sudah tua 72 tahun, mau apa lagi," tegasnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Khawatir Jokowi Hanya Robot di Bawah Kendali Mega
Redaktur : Tim Redaksi