Jogja Berpotensi Jadi Destinasi Pendidikan Tinggi

Senin, 20 Maret 2017 – 22:00 WIB
Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) di Bulaksumur, Yogyakarta. Foto: dokumen Jawa Pos Radar Jogja

jpnn.com, YOGYAKARTA - Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggulirkan ide menarik untuk menyambut bakal beroperasinya New Yogya International Airport (NYIA) di Kulonprogo.

Ketua Harian ICMI Orwil DIY Prof Dr Bambang Cipto menyatakan, saat bandara baru pengganti Adi Soetjipto itu kelar dibangun maka akan semakin banyak turis mancanegara yang mengunjungi Yogyakarta. Menurutnya, hal itu bisa ditimpali dengan menjadikan Kota Pelajar itu sebagai destinasi pendidikan tinggi.

BACA JUGA: Happy, Menpar Berpantun di Pesona Bumi Lancang Kuning

“Sehari bisa ribuan turis masuk jogja. Memanfaatkan peluang ini saya usul menjadikan Jogja sebagai destinasi pendidikan,” ujar Bambang Cipto, Senin (20/3).

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu lantas menguraikan idenya. Menurutnya, ada dua jenis destinasi pendidikan.

BACA JUGA: NSPK dan SOP Rampung, Kemenpar Tancap Gas

Pertama adalah dengan mendirikan branch kampus dari Barat. Hal ini dilakukan Dubai di Uni Emirat Arab, Johor di Malaysia, Singapura, hingga Seoul di Korea Selatan.

Namun, Bambang menyebut model itu lebih mahal dan kompleks. “Dubai mempunyai belasan universitas asing demikian juga Singapura. Malaysia punya empat universitas asing. Seoul punya tiga atau empat universitas asing. Untuk hal ini perlu peraturan menteri serta luas lahan minimal 300 hektare,” tuturnya.

BACA JUGA: Ada JITEX untuk Promosikan Destinasi Wisata Baru di DIY

Model kedua, lanjut Bambang, adalah mencontoh Belanda. Caranya dengan memperbanyak program internasional.

Saat ini Belanda mempunyai 1.600 program atau kelas internasional. “Destinasi pendidikan tinggi adalah kombinasi education and business,” tegasnya.

Menurut Bambang, model yang pertama itu lebih dikenal sebagai EduCity. Di Johor namanya EduCity Iskandar. Di Dubai DIAC Dubai International Academic City.

Bambang menegaskan, destinasi pendidikan tinggi ini bisa memperpanjang length of stay orang asing. “Bisa empat tahun nggak cuma tiga empat hari,” jelasnya.

Jogja tidak akan kesulitan melaksanakan ide ini. Sebab, daerah berstatus istimewa itu sudah punya modal.

Sebagai contoh, Universitas Islam Indonesia (UII) saja punya tiga kelas internasional ekonomi, hukum dan teknik undustri. UGM punya Ekonomi dan hubungan internasional. UMY punya empat kelas internasional yakni hubungan internasional, hukum, ekonomi dan pemerintahan.

Ide Bambang ini secara serius ditindaklanjuti oleh ICMI DIY. “Masih ada waktu empat tahunan sebelum ada pesawat jumbo jet dengan penumpang 400 orang sehari tiga kali mendarat di Kulon Progo. Persiapan mesti sejak sekarang,” seloroh Bambang.

Ide bambang pun mengundang respons positif. Sri Atmaja Putra dari ICMI DIY bahkan mendorong perwujudan ide itu dengan strategi summer school dan short visit untuk mengikuti topik-topik unggulan studi.

Contohnya tentang  disaster management. Dalam topik ini, banyak  researcher, scholar dan student yang ingin belajar ke Jogja.

“Karena di Indonesia khusus di Jogja, kita punya laboratorium alami yang tidak ada di tempat lain secara bersamaan yakni Gunung Merapi dam Earthquake Subdiksi Area,” ujar Atmaja.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya juga antusias dengan gagasan wisata pendidikan itu. Dia mencontohkan Perth, Sydney, Melbourne, dan Canberra di Australia ataupun kota-kota lain di Inggris, Amerika Serikat dan Jerman yang menjadi tujuan para pelajar dan mahasiswa.

Pertama, makin banyak wisman masuk dengan masa tinggal lama, maka hal itu juga akan mendongkrak potensi kunjungan lainnya. Sebabm keluarga, sanak saudara dan teman-teman dari negara yang bersangkutan juga berpotensi mengunjugi Jogja.

Kedua adalah wisata meetings, incentives, conferences dan exhibitions (MICE) seperti international conference yang diinisiasi dari perguruan tinggi. Arief menyebut perguruan tinggi menjadi subjek konferensi untuk mengembangkan keilmuannya.

Ketiga, karena mahasiswa doyan media sosial maka mereka juga bisa mempromosikan destinasi Indonesia di antara komunitas mereka. Selama berada di tanah air, secara otomatis, mereka akan mengeksplorask keunggulan destinasi di tanah air.

"Destinasi kita akan semakin populer, karena yang meng-upload juga orang-orang asing yang sedang belajar di Indonesia," kata Arief Yahya.(wan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Labuan Bajo Terus Bersolek demi Memikat Turis


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler