jpnn.com - JOGJA – Jogja dalam kondisi darurat narkoba. Sebab, Gerakan Nasional AntiNarkotika (Granat) DIJ mensinyalir banyaknya jumlah orang yang terjaring penyalahgunaan narkoba di DIJ.
Ketua Umum DPD Granat DIJ Ryan Nugroho mengatakan, tingkat penyalahgunaan narkoba di wilayah DIJ sudah masuk dalam kategori mengkhawatirkan. Bahkan bisa dikatakan DIJ sudah masuk dalam darurat narkoba.
BACA JUGA: Melaut, Lima Nelayan Tersambar Petir
“Bahaya peredaran narkoba di DIJ sudah sangat marak dan tak main-main. Bisa dikatakan provinsi ini memang darurat narkoba,” kata Ryan dilansir Radar Jogja (Grup JPNN.com), Selasa (3/2).
Dari catatan DPD Granat DIJ, terjadi peningkatan jumlah pengguna setiap tahun. Di mana untuk kurun waktu dua tahun dari 2013 sampai 2014 ada 100 ribu pengguna narkoba di DIJ dari total sekitar 2 juta penduduk yang tinggal di provinsi ini. Untuk prevalensinya naik menjadi 3,8 persen per jumlah penduduk DIJ. Kondisi ini naik, sebab pada 2012 hanya mencatat tingkat prevalensi 2,6 persen atau sekitar 70 ribu pemakai.
BACA JUGA: Front Pembela Honorer Polisikan Plt Gubernur Banten
“Padahal tahun-tahun sebelumnya ada di bawah itu,” imbuhnya.
Pihaknya menduga meningkatnya tingkat penggunaan narkoba tidak lepas dari stabilnya tingkat perekonomian masyarakat. Bagi segmen pengguna, kenaikan itu cukup dirasakan sekali untuk kalangan mahasiswa. Bahkan membaiknya tingkat perekonomian juga dapat dilihat dari jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna saat ini.
BACA JUGA: TNI-Polri di Malinau Tunjukkan Kekompakan Jaga Perbatasan RI
Jika dilihat dari wilayah, DIJ merupakan kota pelajar dengan puluhan perguruan tinggi. Praktis mahasiswa luar daerah yang tinggal di Jogja, mendapatkan kiriman uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Jika tidak memanfaatkan dengan baik, uang itu akan diperuntukkan hal-hal yang melanggar hukum. Sementara keluarga di rumah tak tahu menahu apa yang dilakukan di Jogja.
“Ketika mahasiswa menjadi pengguna narkoba, awalnya mereka memakai ganja. Tapi karena uang kiriman bertambah, maka yang dikonsumi berubah menjadi morfin atau heroin yang harganya jauh lebih mahal,” tandasnya.
Dengan kondisi ini, Granat tak tinggal diam. Beberapa langkah dilakukan untuk menyikapi si-tuasi ini. Salah satunya dengan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan. Sejauh ini, Granat DIJ sudah menyasar ke komunitas dan ormas-ormas yang menjadi sasaran edukasi.(fid/laz/ong/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemulung Temukan Mayat Bayi Masih Berari-Ari
Redaktur : Tim Redaksi