jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) Dewi Kartika menilai, pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Jokowi banyak yang menyulut konflik agraria.
Pernyataan dikemukakan berdasarkan pengalaman KPA mendampingi masyarakat menghadapi konflik-konflik agraria selama ini.
BACA JUGA: Taufik Gerindra Sentil Proyek Infrastruktur di Era Jokowi
"Contohnya, pembangunan Bandara Kertajati di Jawa Barat, kekerasan meningkat di 2016 karena tidak ada diskusi, pengganti kompensasi tidak transparan dan bersifat memaksa," ujar Dewi pada diskusi yang mengangkat tema 'Infrastruktur Era Jokowi: Efektif, Salah Sasaran atau Koruptif?' di Jakarta, Kamis (27/12)
Selain itu, aparat keamanan juga terkesan dimobilisasi untuk menghadapi masyarakat yang menyuarakan hak-haknya.
BACA JUGA: Kiai Maruf Sebut Prabowo Tak Mendidik & Menebar Rasa Takut
"Desa Sukamulya menolak pembangunan bandara. Sejak awal sudah banyak kepentingan. Seringkali pembangunan infrastruktur itu salah sasaran dan tidak efektif," ucapnya.
Dewi kemudian memaparkan kondisi Desa Sukamulya, Kertajati, Majalengka, yang kini menjadi lokasi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
BACA JUGA: Ini Tudingan Terbaru Oposisi ke Jokowi Soal Freeport
Menurutnya, luas wilayah yang terkena proyek bandara mencapai 700 hektare. Lahan tersebut merupakan permukiman penduduk dan areal persawahan produktif. Desa Sukamulya juga termasuk lumbung pertanian di Jawa Barat.
"Jadi, sejak awal, perencanaan, analisis sudah salah kaprah," katanya.
Dewi lebih lanjut mengatakan, KPA mencatat pembangunan infrastruktur sebagai penyebab konflik agraria terbesar, dimana pada 2017 menjadi penyumbang konflik tertinggi nomor tiga.
"Konon Pak Jokowi sedang memperjuangkan reformasi agraria. Salah satunya memperbaiki ketimpangan masalah agraria. Sayangnya, pembangunan infrastruktur berkontribusi terhadap konflik agraria dan berkontribusi mengurangi basis-basis pertanian," pungkas Dewi. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bendungan Ciawi dan Sukamahi Bentengi Jakarta dari Banjir
Redaktur & Reporter : Ken Girsang