jpnn.com - JAKARTA - Mantan KSAU Marsekal (Purn) Cheppy Hakim ikut mempertanyakan pilihan Presiden Joko Widodo terkait posisi Kepala BIN pengganti Letjen (Purn) Marciano Norman. Dia menilai, Letjen (Purn) Sutiyoso yang namanya telah diusulkan presiden ke DPR merupakan pilihan yang janggal.
Menurut Chappy, biasanya pengganti kepala BIN berasal dari angkatan yang lebih muda dari pejabat saat ini. Tapi kini Sutiyoso yang angkatannya 10 tahun lebih tua dari Marciano justru dipilih sebagai pengganti.
BACA JUGA: Inilah Wajah Agustinus, Tersangka Pembunuh Angeline
"Saya cuman liat kepala BIN sekarang, Marciano leting (angkatan) '78 diganti Sutiyoso leting '68, itu harus bisa dijelaskan kepada masyarakat kenapa bisa begitu set backnya," kata Chappy kepada JPNN di kawasan Halim, Rabu (10/6) malam.
Chappy tidak mau berspekulasi mengenai pilihan presiden yang tidak lazim itu. Menurutnya presiden pasti memiliki pertimbangan-pertimbangan sendiri dalam membuat keputusan.
BACA JUGA: Soal Dana Aspirasi Anggota DPR, Ini Kata KPK
Meski begitu, menurut Chappy, pemerintah tetap harus menjelaskan alasan dipilihnya Sutiyoso. Pasalnya, masyarakat pasti mempertanyakan hal tersebut.
"Itu jadi pertanyaan di masyarakat dan harus bisa dijelaskan," tegasnya.
BACA JUGA: Aktivis HAM Ingatkan Jokowi soal Rekam Jejak Sutiyoso Gunakan Metode Represif
Keheranan yang sama juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti. Menurutnya, sebagai presiden yang mengusung pembaruan, Jokowi harusnya memilih kandidat yang lebih muda.
"Ini kemunduran, Jokowi kok mengoleksi orang kuno-kuno ini? Seharusnya kalau Norman '78 carinya yang 80 atau lainnya," tuturnya.
Hal ini memperkuat dugaan Poengky bahwa pemilihan Sutiyoso dilatari motif politis. "Dia ketua parpol, ini cenderung bagi-bagi kekuasaan, gak sesuai dengan janji Jokowi di masa awal gak akan bagi-bagi kekuasan," pungkasnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Uang Rp 800 Ribu dan Rp 1 Juta Hingga Bayi ANG Bisa di Tangan Margareith
Redaktur : Tim Redaksi