Jokowi Harus Lebih Perhatian Terhadap Persoalan Negara

Rabu, 04 Juli 2018 – 23:03 WIB
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah berdialog dengan Presiden Joko Widodo saat momen buka puasa di rumah dinas Ketua DPR Bambang Soesatyo, kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Senin malam (28/5/2018). Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa tugas Joko Widodo atau Jokowi sebagai presiden Indonesia adalah mengurus negara.

Bukan menjadi pimpinan proyek, sebagai penggunting pita dalam setiap acara peresmian, atau pun pintu pengadaan.

BACA JUGA: Fahri: Tugas Presiden Mengurus Negara, Bukan Gunting Pita

“Harusnya yang mampu dilakukan Presiden Jokowi itu skalanya agak ditingkatkan menjadi mengurus negara. Harus lebih perhatian terhadap berbagai persoalan negara.,” kata Fahri saat memberikan sambutannya dalam acara Silaturahmi dan Halalbihalal Muhammadiyah di Kantor Muhammadiyah di jalan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (4/7), yang dihadiri Wapres Jusuf Kalla.

Karena itu, menurut politisi dari PKS itu, para petinggi negara harus datang ke PP Muhammadiyah untuk mendapatkan pencerahan.

BACA JUGA: Fahri Hamzah: KPU Keliru Bikin Aturan Larang Eks Napi Nyaleg

Sebab salah satu tugas Muhammadiyah itu sendiri adalah memberi masukan kepada semua pihak, termasuk pemerintah.

“Tugas Muhammadiyah sendiri adalah memberikan masukan-masukan itu,” ujar Fahri seraya berharap agar Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi teladan dan pengingat bagi perjalanan demokrasi di Indonesia.

BACA JUGA: Pembentukan OSS Dinilai Langgar Undang-Undang

Di sampingi itu, tambah anggota DPR dari Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, tugas Muhammadiyah ke depan adalah mengingatkan para petinggi negeri ini.

“Muhammadiyah mempunyai sejarah untuk mengingatkan para petinggi negeri,” cetus Fahri lagi..

Menurutnya, jika bicara forum Muhammadiyah ini, adalah levelnya percakapan para komisaris karena salah satu pendiri bangsa Indonesia adalah Muhammadiyah.

Bahkan menjelang proklamasi Bung Karno pindah ke Bengkulu atau diisolasi ke Bengkulu, diterima dengan Ketua Konsul Muhammadiyah Sumatera.

“Di sana, Bung Karno juga bertemu Ibu Fatma, yang ditugaskan sebagai guru privat oleh Bu Fatma. Dan, saat itu Bung Karno menikah dengan Fatmawati dan Fatmawati-lah yang menjahit bendera Merah-Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945,” kata Fahri.

Dia mengatakan Bung Karno dan Fatmawati adalah salah satu tokoh bangsa dari kalangan Muhammadiyah.

Artinya, Fatmawati adalah anak dari konsul Muhammadiyah Bengkulu, artinya santri Muhammadiyah.

“Bung Karno ngajar agama di Bengkulu. Malam proklamasi, Ibu Fatma menjahit bendera Merah-Putih kita yang akan dikibarkan 17 Agustus, artinya yang menjahit santri Muhammadiyah, proklamasinya dibaca guru Muhammadiyah, makanya saya katakan forum ini forum komisaris, forum pendiri bangsa,” tambahnya lagi

Acara halalalbihalal PP Muhammadiyah juga dihadiri oleh Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas, dan Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas.

Selain itu, hadir pula Politisi PAN, Amien Rais, bekas Kapolri Badrodin Haiti, cendikiawan Muslim Bahtiar Effendy, bekas Mendikbud Abdul Malik Fajar, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Sekjen MUI Anwar Abbas, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan duta besar negara sahabat. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Minta Pemerintah Kelola APBN Lebih Prudent


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
DPR  

Terpopuler