Jokowi Ingin Perkuat Ekonomi Digital, Tetapi Masih Kekurangan Programmer

Selasa, 30 Juli 2019 – 00:16 WIB
Indra Charismiadji (kiri) dan Kasie Evaluasi Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud Arfah Laidiah Razik. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji menilai keinginan Presiden Jokowi untuk memperkuat ekonomi digital akan terganjal sumber daya manusia (SDM). Saat ini Indonesia masih kekurangan programmer. Padahal programmer sangat dibutuhkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital.

"Kita mau jadi pemain serius di ekonomi digital tapi kekurangan programmer. Padahal kan banyak sarjana komputer, anak SMK yang lulusan TIK juga semakin banyak. Namun, kenapa kita kekurangan dan menggunakan tenaga India dan Tiongkok," kata Indra di sela sela pelatihan guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital besutan Kemendikbud bersama Eduspec serta PT Charisma Multimedia Education, Senin (29/7).

BACA JUGA: Suarakan Inklusivitas dan Ekonomi Digital, Jokowi Tawarkan IDEA Hub di KTT G20

Penggunaan tenaga asing ini, lanjutnya, karena anak-anak Indonesia kesulitan berkolaborasi. Mereka sulit kerja sama dalam satu tim. Ini yang harus diubah, bagaimana mereka mampu berkolaborasi dengan baik.

Kelemahan lainnya adalah kreativitas anak-anak Indonesia tidak muncul. Contohnya saat disuruh menggambar pemandangan, hasilnya sama semua. Yang di pikiran mereka pemandangan itu adalah gunung dua.

BACA JUGA: 8 Poin Catatan dari Indra seputar PPDB 2019 Sistem Zonasi

BACA JUGA: Muhadjir: Jangan Angkat Guru Honorer, Lebih Baik Pertahankan yang Sudah Pensiun

"Itu sebabnya ada pelatihan guru ini. Kami coba polanya dengan menggunakan aplikasi. Jadi nanti guru-guru kami ajarkan untuk membuat aplikasi android. Bukan ajarin cara bikin aplikasinya tapi pakai aplikasi untuk memunculkan HOTS (higher order thinking skill)-nya," terang Indra yang menyusun kurikulum dan materi Simulasi dan Komunikasi Digital yang baru ini.

BACA JUGA: Pengamat Pendidikan: Pemda Belum Paham Tujuan PPDB Sistem Zonasi

Dia mengaku akan terjun langsung memberikan pelatihan ini selama 48 jam ditambah dua jam daring setiap minggu sampai Oktober 2019. “Akan saya kawal sendiri pelatihan guru dan implementasi di sekolah sampai ke siswanya.

Dalam menyusun kurikulum ini saya didukung banyak pihak seperti Carnegie Mellon University (USA), code.org, Eduspec, dan juga para akademisi Fakultas Sistem Informasi dan Fakultas Ilmu Komputer dari Universitas Bina Nusantara," bebernya.

Untuk melihat hasil pelatihan guru ini, akan dibuktikan nanti di akhir Oktober 2019. Siswa-siswi SMK yang sudah belajar dengan materi Simulasi dan Komunikasi Digital yang baru ditargetkan mampu membuat aplikasi android sendiri dan akan diikutsertakan dalam lomba coding/pemograman tingkat internasional di Guangzhou, Tiongkok.

"Jika anak SMK sudah mampu membuat aplikasi android sendiri dan bisa dikomersialkan melalui Google playstore, maka otomatis mereka sudah menjadi digital entrepreneur," tambah Kasie Evaluasi Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud Arfah Laidiah Razik.

Dia menyebutkan, program ini diikuti 40 guru dari 20 SMK yang berbeda dari berbagai penjuru nusantara. SMK yang ikut program ini sengaja dipilih bukan dari bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi agar bisa memperkaya wawasan ekonomi digital di bidang keahlian yang lain. Juga mendorong munculnya digital-digital entrepreneur dari berbagai bidang. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pranata Berani Bikin Gebrakan, Layak jadi Menteri


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler