jpnn.com, BANYUMAS - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji menambah anggaran pupuk subsidi sebesar Rp 14 triliun.
Perintah itu diungkapkan langsung oleh Jokowi saat bertemu dengan para petani dan penyuluh se-Jawa Tengah di Kabupaten Banyumas.
BACA JUGA: Gempita Dukung Kementan Soal Alokasi Pupuk Subsidi Akan Ditambah Melalui ABT 2024
"Menteri Pertanian sudah mengajukan dan dari Kementerian Keuangan saya harapkan agar segera direalisasikan. Kami akan berusaha untuk yang Rp 14 triliun ini segera diproses," kata Jokowi.
"Tadi saya tanya langsung ke Pak Direktur PIHC ada 1,7 juta ton stok pupuk, dan 1,2 juta ton yang bersubsidi. Dengan begitu kami harapkan agar yang namanya pupuk sudah tidak bermasalah lagi," sambungnya.
BACA JUGA: Dengan iPubers, Tebus Pupuk Subsidi Makin Mudah
Dengan penambahan ini, eks Gubernur Jakarta itu mengatakan bahwa produksi beras dapat dilakukan secara merata di seluruh Indonesia.
Dia pun mengingatkan agar ke depan tidak ada lagi keluhan petani mengenai pupuk subsidi.
BACA JUGA: Bahas Distribusi Pupuk Subsidi, Herman Deru Gelar Business Matching Bersama Pihak Ini
"Saya tidak ingin dengar itu tadi Menteri Pertanian juga sudah menyampaikan belinya pupuk tidak usah memakai kartu tani boleh memakai KTP juga bisa, setuju. Target kami di Jawa Tengah ini produksi beras bisa kembali ke ranking dua lagi," katanya.
Meski demikian, Jokowi mengakui persoalan pupuk merupakan persoalan semua negara karena bahan baku utamanya sempat terkendala akibat perang yang melibatkan dua negara Rusia dan Ukraina.
Belum lagi dunia sempat menghadapi masalah virus yang memporak-porandakan perekonomian global.
"Saya itu kalau ke desa sejak 2020 keluhannya selalu satu pupuk bersubsidi benar? Tapi supaya bapak ibu tahu ini semua ada ceritanya. Dunia ini pada posisi ekonominya tidak pasti ketidakpastian itu sehingga terjadi yang namanya krisis keuangan dunia sehingga terjadi yang namanya krisis pangan dunia sehingga terjadi krisis energi dunia karena covid semuanya bahkan dari 200 lebih negara, 96 negara sudah menjadi pasiennya IMF. artinya negara itu sakit," katanya.
Menurutnya, masalah virus covid 19 telah menyebabkan banyak negara jatuh karena ekonominya menjadi lemah dan keuangannya menjadi tidak baik.
Bahkan hampir separuh negara di dunia kondisinya memperihatinkan.
"Alhamdulillah kita wajib bersyukur karena setelah covid ekonomi kita bisa bangkit kembali. Ini yang patut kita syukuri jadi Februari 2020 dan ditambah di awal 2020 juga muncul yang namanya perang di Ukraina. Kita juga wajib bersyukur negara kita ini tentram damai tidak ada masalah. Saya bersyukur kita bisa makan beras. makanan pokoknya beras," katanya.
Dia menambahkan bahwa penambahan anggaran ini juga dapat mampu menekan impor akibat produksi nasional tidak mencapai target yang diharapkan.
Mengingat pertambahan penduduk nasional setiap tahunnya 4-4,5 juta jiwa.
"Kami harapkan adalah tidak impor beras lagi tapi itu dalam prakteknya sangat sulit karena produksi kita ini selalu tidak mencapai," jelasnya. (jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgassus Polri Turun ke Sumsel, Temukan Masalah soal Penyaluran Pupuk Subsidi
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian