jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali memberikan klarifikasi soal fitnah yang kerap dituduhkan kepada dirinya. Contohnya ada yang menyebut Jokowi itu PKI, dan antek asing.
Jokowi mengatakan, kalau kematangan dan kedewasaan masyarakat dalam berpolitik sudah matang, yang namanya hoaks tidak masalah. Persoalannya, bangsa ini sekarang sedang berproses mewujudkan pendewasaan politik itu. Akibatnya, seringkali berita fitnah sangat mengguncangkan dan mempengaruhi kenyamanan masyarakat.
BACA JUGA: Pak Jokowi, Ada 40 Mantan Karyawan PT Freeport Indonesia di Depan Istana
"Saya berikan contoh soal Presiden Jokowi PKI. Ada lagi Presiden Jokowi antek asing, antek aseng. Ada lagi Presiden Jokowi anti-ulama dan kriminalisasi ulama," kata Jokowi.
Hal itu diungkapkannya ketika bersilaturahmi dengan ratusan kiai dan habaib se-Jabodetabek, di Kompleks Istana Negara, Jakarta pada Kamis (7/2).
BACA JUGA: Ini Penyebab PDIP dan Jokowi Selalu Diserang Isu Komunisme
"Ya Kalau saya blakblakan. Kalau saya memang, kalau namanya manusia ya khilaf, ya minta maaf. Kalau endak ya saya hampir sempat setengah tahun diam dan sabar saja. Namun sekarang saya perlu menjawab. Menjawab itu bukan marah ya," lanjut Jokowi.
Soal tuduhan PKI, dia kembali menegaskan dirinya ketika itu masih balita. Sebab, dirinya lahir tahun 1961, sementara PKI dibubarkan tahun 1965. Artinya, dia masih berumur 4 tahun masa itu.
BACA JUGA: Kiai se-Jabodetabek ke Istana, Jokowi Dapat Berlimpah Doa
Mengenai antek asing, mantan wali kota Solo itu bercerita mengenai keberhasilan pemerintahannya menguasai kembali sejumlah blok migas dari pengelolaan asing. Salah satu vontohnya Blok Mahakam yang sudah 50 tahun dikuasai Inpex dan Total, tahun 2015 berhasil diambilalih 100 persen dan diserahkannya ke Pertamina.
"Saya serahkan kepada Pertamina. Saya dari dulu tidak pernah cerita ini, karena saya anggap itu biasa. Kewajiban kita. Karena ada tuduhan antek asing ya saya jawab," tegas suami Iriana.
Begitu juga dengan Blok Rokan yang selama 90 tahun dikelola Chevron, kini salah satu ladang penyumbang devisa terbesar itu telah dimenangkan 100 persen oleh Pertamina. Prosesnya menurut Jokowi tidak mudah.
Terakhir, tahun 2018 lalu PT Freeport yang sudah lama dikuasai perusahaan asal Amerika Serikat. Kini tambang emas terbesar di dunia itu mayoritas sahamnya dikuasai holding BUMN PT Inalum.
"Saya suruh lihat depositnya. Tenyata masih 2.400 triliun lagi di bawah tanah. Sehingga empat tahun lalu saya perintahkan negosiasi kita harus dapat. Di sini mayoritas. Masa 40 tahun minoritas. Begitu kita dapat (saham) 51,2 persen malah saya yang dituduh antek asing," tandas Jokowi.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: Jangan Takut ke TPS 17 April
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam