Jokowi Mau Datang, Gunungkidul Mencekam, Endah: Seperti Mau Perang

Jumat, 02 Februari 2024 – 08:34 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memutarkan rekaman suara berisi pernyataan Ketua DPC PDIP Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih, yang mengkritik keras upaya penurunan bendera parpol berlambang banteng moncong putih itu di Gunungkidul, DIY.

Hasto memutarkan rekaman itu saat konferensi pers di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/2).

BACA JUGA: Bendera PDIP Dilarang, Punya PSI Diizinkan, Tolong, Pak Jokowi, Keteladanan

Endah dalam rekaman yang diputarkan Hasto merasa suasana di Gunungkidul mencekam menjelang kedatangan Presiden Jokowi pada Selasa (30/1).

"Seperti mau perang," kata Endah dalam rekaman yang diputarkan Hasto.

BACA JUGA: Putarkan Rekaman Ketua Gunungkidul Didatangi Paspampres, Hasto: Wong Cilik Bangkit

Menurut dia, kendaraan berat dan mobil aparat lalu-lalang di Gunungkidul, sosok yang mengaku sebagai Paspampres meminta bendera PDI Perjuangan yang terpasang diturunkan.

"Saya ditelepon oleh yang saat itu dimarahi dua orang yang mengaku Paspamres untuk menurunkan bendera," kata Endah.

BACA JUGA: Prabowo Meresmikan Sumur Bor Gunungkidul, Alhamdulillah Air Mengalir Deras

Dia kemudian menanyakan alasan Paspampres meminta menurunkan bendera PDI Perjuangan sebelum Jokowi melintasi Gunungkidul.

"Presiden nanti mau jalan minimal jalan yang mau dikasih presiden tidak ada dipasang bendera (parpol)," kata Endah menirukan jawaban Paspampres.

Dia kemudian mengatakan perjalanan Jokowi dari Yogyakarta sampai Gunungkidul sangat panjang, sedangkan di sisi lain bendera parpol berkelir merah yang sudah terpasang mencapai tiga ribu.

Kepada Endah, Paspampres mengaku tidak bisa menurunkan semua bendera PDI Perjuangan yang mencapai ribuan.

"Mereka menyampaikan kami tidak bisa menurunkan, Bu, karena yang pasang bukan saya jadi Ibu yang harus turunkan," katanya.

Endah merespons pernyataan Paspampres dengan tidak mau menurunkan bendera PDI Perjuangan karena hal itu bukan sesuai etika.

"Saya jawab mohon maaf di dalam adabnya PDI Perjuangan, bendera yang sudah kami kibarkan pantang untuk diturunkan dan seandainya diturunkan diam-diam, kami akan mencari orang itu," kata Endah.

Dia kecewa dengan keinginan Paspampres yang mau menurunkan bendera PDI Perjuangan, dan membandingkan nasib alat peraga dari partai lain seperti PSI dan Gerindra.

"Kenapa bendera PSI bahkan sampai jam setengah tiga pagi ada. Kok, mereka tidak dilarang. Saya bilang begitu, kenapa ada bendera Gerindra juga dipasang di lokasinya presiden tidak dilarang," ujarnya.

Hasto mengatakan langkah Endah yang berani bersikap menentang penurunan bendera menjadi pertanda kekuatan rakyat mulai bangkit.

"Inilah kekuatan kebangkitan dari rakyat, dari ranting-ranting PAC, dari masyarakat kecil yang dahulu berjuang dengan penuh ketulusan untuk Bapak Jokowi," kata pria kelahiran Yogyakarta itu.

Hasto mengatakan rekaman berisi suara Endah memang menggambarkan kondisi di Gunungkidul menjelang kedatangan Jokowi di lokasi yang sama.

"Rakyat sepertinya menjadi ancaman, dikerahkan kendaraan-kendaraan militer untuk menakut-nakuti rakyat. PDI Perjuangan ini peserta pemilu resmi, dijamin oleh undang-undang, tetapi mengapa bendera PDI Perjuangan dilarang untuk dikibarkan," tutur Hasto. (ast/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler