jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menceritakan caranya melobi investor asing dan negara-negara lainnya, agar mau menurunkan uangnya di Indonesia.
Pria yang akrab disapa Jokowi itu menyatakan tak ada pilihan lain, selain berinvestasi membangun pabrik di Tanah Air.
BACA JUGA: Kemenperin Siapkan Roadmap untuk Mempopulerkan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai
“Kami ingin nilai tambah, kami ingin added value, kami ingin ciptakan lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya dan itu sekarang mulai disadari oleh negara-negara lain,” ujar presiden saat berpidato dalam sebuah secara virtual dari Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (18/11).
Dia memastikan pemerintah terus mendorong program hilirisasi industri dengan mengurangi ekspor bahan mentah atau raw material.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Beberkan Misi Besar Jokowi pada 2024, Apa Itu?
Menurut presiden, kebijakan tersebut diambil guna meningkatkan nilai tambah di sektor industri.
Jokowi juga menceritakan pengalamannya saat pertemuan Group of Twenty (G20) di Roma Oktober lalu.
BACA JUGA: Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang di Kalbar, Pupuk Kaltim Gandeng KLHK
Presiden mengatakan beberapa negara banyak menyampaikan opininya mengenai kebijakan pemerintah untuk mengurangi ekspor nikel.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu kemudian menawarkan opsi untuk melakukan kerja sama barang setengah jadi atau barang jadi.
“Kerja sama setengah jadi di Indonesia enggak apa-apa, nanti setengah jadi dikirim ke negaramu jadikan barang jadi, enggak apa-apa kok, kami terbuka. Tetapi bikin di sini, investasi di sini. Jadi kami tidak menutup diri, kok, kami terbuka. Tetapi kalau kita suruh kirim bahan mentah terus, ndak, ndak, ndak. Jangan berpikir Indonesia akan kirim bahan mentah,” tambahnya.
Jokowi tidak memberikan opsi lain bagi investor dan negara lain untuk mengambil bahan mentah dari sumber daya Indonesia.
“Pilihannya hanya itu saja. Silakan mau investasi sendiri bisa, mau dengan swasta silakan, mau dengan BUMN silakan, kami terbuka,” lanjutnya.
Presiden menjelaskan melalui strategi hilirisasi, defisit neraca perdagangan atas Republik Rakyat Tiongkok (RRT) juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jokowi meyakini Indonesia mampu mengalami surplus perdagangan atas RRT pada 2022.
“Ini dari mana ini turun? Dari besi baja, dari nikel yang jadi barang itu. Di 2021 sampai Oktober ini tinggal minus USD 1,5 miliar. Nanti depan 2022, saya yakin kita sudah plus, sudah surplus perdagangan kita dengan RRT, saya yakin itu,” jelasnya.
Selain hilirisasi dan industrialisasi, presiden juga menegaskan pentingnya pengintegrasian bahan mentah.
Apabila nanti terintegrasi, presiden meyakini Indonesia akan mampu membuat barang jadi dengan bahan mentah milik sendiri.
“Mau mobil listrik, electric vehicle (EV) semuanya dari kita dan barang-barang yang lainnya. Rare earth itu untuk semikonduktor. Semuanya dari sini, mau tidak mau orang akan datang untuk membangun,” ucapnya.(tan/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Yessy
Reporter : Fathan Sinaga