jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon menyebut dunia sebenarnya menyoroti soal gas air mata dalam Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang.
Hal itu dikatakan Fadli menyikapi pernyataan Presiden Jokowi yang sama sekali tak menyinggung soal gas air mata, saat kunjungan ke Stadion Kanjuruhan, pada Rabu (5/10) kemarin.
BACA JUGA: 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Belum Ditahan, Ini Alasan Polisi
"Dunia sekarang menyoroti, bahkan koran-koran penting dunia seperti Washington Post, New York Times itu saja menyimpulkan soal gas air mata," ujar Fadli ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (7/10).
Legislator Komisi I DPR RI itu mengingatkan kepada pemerintah atau penegak hukum tidak membuat kekeliruan menyikapi Tragedi Kanjuruhan.
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Dirut LIB hingga 3 Perwira Polisi Dijerat Pasal Ini
Semisal, tidak memperhatikan isu gas air mata dalam tragedi yang terjadi seusai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.
"Jangan sampai nanti kita melakukan denial (penyangkalan, red), tetapi dunia melihat lain," ujar Fadli.
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Fadli Zon Sentil Polisi soal Penggunaan Gas Air Mata
Eks Wakil Ketua DPR RI itu mengingatkan pemerintah dan penegak hukum mengungkap secara apa adanya soal Tragedi Kanjuruhan.
Toh, menurut Fadli, regulasi FIFA menyatakan penggunaan gas air mata dilarang untuk menangani suporter di dalam stadion.
"Jadi, sebaiknya apa adanya, kalau salah, ya, salah saja menurut saya. Jelas penggunaan gas air mata itu salah," tegas Fadli.
Presiden Jokowi sebelumnya berbicara beberapa hal ketika meninjau Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Rabu (5/10).
Kepala negara saat meninjau Stadion Kanjuruhan malah menyoroti tentang pintu stadion yang terkunci dan bentuk tangga tajam.
Eks Gubernur DKI Jakarta itu saat meninjau Kanjuruhan juga menyampaikan rencana audit stadion di Indonesia, termasuk mengungkap potensi perbaikan arena sepak bola. (ast/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fadli Zon Sarankan Brigitta Cabut Laporan Terhadap Mamat Alkatiri
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Aristo Setiawan