jpnn.com, JAKARTA - Di Pilpres 2019, calon petahana Joko Widodo diminta berkata jujur dan berani mengungkapkan keberhasilan dan mengakui hal-hal yang belum mampu dicapai selama memerintah.
Pernyataan itu disampaikan Peneliti Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro usai menjadi pembicara Sarasehan Kebangsaan dengan topik "Membangun Demokrasi Beradab" di Jalan Brawijaya VIII, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (6/9).
BACA JUGA: Lobi Mahfud MD Jadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo
Menurut Siti, dengan status petahana, Jokowi harus mempertanggungjawabkan sembilan nawacita dan revolusi mental serta program yang sudah dilakukan selama memerintah.
"Di (Pilpres) 2019 ini Pak Jokowi harus mempertanggungjawabkan sembilan nawacita dan revolusi mental. Jadi katakan, katakan saja, saya di 2019 itu khususnya untuk pembangunan demokrasi sudah mencapai segini ukurannya ini, di infrastruktur saya the best, katakan di Asian Games saya berhasil. Jadi nggak ada masalah, satu sisi pembangunan ekonomi agak terseok-seok, menjaga kurs rupiah kita, kita juga kebobolan," katanya Siti seperti yang dilansir RMOL (Jawa Pos Group), Jumat (7/9).
BACA JUGA: Truk Brimob Pembawa Personel Penjaga Kunjungan Jokowi Celaka
Hal itu, menurut Siti Zuhro, sangatlah wajar di era demokrasi seperti ini. Untuk itu, Siti menyakini pemilih milenial menyukai pengakuan yang blak-blakan seperti itu. Pasalnya, mereka cenderung tidak suka pernyataan pemerintah yang malah menutup-nutupi kenyataan alias bertopeng.
"Nggak perlu, nggak perlu bertopeng, kan mereka (kalangan milenial) tahu datanya, melihat, membaca, apalagi Rizal Ramli mengasih data terargumentasi. Jadi menurut saya di era demokrasi seperti ini, hampir tidak ada yang bisa disembunyikan, tidak ada rahasia. Jadi negara ini milik bersama dikelola dengan baik, jadi katakan," pungkasnya. (jpnn/rmol/lov)
BACA JUGA: Bawaslu Batam Temukan Satu Nama Terdaftar di 22 TPS
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Sikap PW NU terkait Pilpres 2019, Dukung Siapa?
Redaktur : Tim Redaksi