Jokowi Terima Global Islamic Finance Leadership Award

Jumat, 30 September 2016 – 06:50 WIB
Jokowi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Presiden Joko Widodo menerima penghargaan Global Islamic Finance Leadership Award 2016 di ballroom Hotel Fairmont Jakarta kemarin (29/9).

Penghargaan itu diserahkan peraih award yang sama tahun lalu, Muhammad Sanusi. Dia merupakan Mantan Gubernur Bank Sentral Nigeria.

BACA JUGA: Inilah 2 Jagoan Mercedes yang Paling Diminati

Global Islamic Financial Award (GIFA) sudah berlangsung lima kali. Penyelenggaraan kemarin merupakan yang keenam sejak kali pertama diadakan pada 2011.

GIFA merupakan penghargaan bagi pelaku industri jasa keuangan maupun individu yang berkecimpung di bidang keuangan syariah.

BACA JUGA: Cermati Harga Emas Jelang Pilpres AS

Khususnya, mereka yang berkontribusi secara global bagi pengembangan keuangan syariah.

Beberapa pelaku dari Indonesia yang mendapatkan penghargaan adalah BNI Syariah, BRI Syariah, serta Ketua MUI KH Ma’ruf Amin yang mendapatkan GIFA Lifetime Achievement Award.

BACA JUGA: Dirjen Pajak: Tax Amnesty Luar Biasa

Jokowi menuturkan, potensi ekonomi syariah Indonesia bisa dilihat secara sederhana dari jumlah penduduk. Sebanyak 216 juta di antara sekitar 250 juta jiwa penduduk Indonesia adalah muslim.

’’Saat ini baru 5 persen dari (peluang, Red) yang ada. Masih ada opportunity 95 pesen yang bisa kita kembangkan,’’ ujarnya disambut gemuruh tepuk tangan para undangan.

Perangkat hukum penunjang ekonomi syariah juga sudah tersedia. Mulai UU Perbankan Syariah, UU Sukuk, hingga UU Asuransi Syariah.

Selain itu, presiden telah menandatangani perpres mengenai pembentukan komite nasional keuangan syariah (KNKS). Keuangan syariah juga menjadi prioritas dalam RPJMN 2015–2019.

Dia mempersilakan siapa pun untuk mengambil peluang dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia.

Selain industri perbankan dan asuransi, saat ini Indonesia mengembangkan wisata halal hingga industri makanan halal untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor. Termasuk di dalamnya industri kosmetik.

Dengan peluang-peluang itu, Indonesia diproyeksikan menjadi pusat keuangan syariah global.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad menjelaskan, industri keuangan syariah sedang tubuh pesat. Pada medio 1990-an, aset industri keuangan syariah berada pada kisaran USD 150 miliar.

Saat ini nilai asetnya membengkak menjadi USD 2 triliun. ’’Diprediksi menjadi USD 6,5 triliun pada 2020,’’ terangnya.

Indonesia bersaing dengan 47 negara lain dalam mengembangkan keuangan syariah. Tahun ini Indonesia berada di peringkat 6 dari 48 negara yang tercatat dalam Islamic Finance Country Index dengan total poin 24,21. Di peringkat pertama ada Malaysia dengan total poin 77,77, disusul Iran (77,39); Arab Saudi (66,98); Uni Emirat Arab (36,68); dan Kuwait (35,51). (byu/c22/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Tebusan Tax Amnesty Kepri Capai Rp 800 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler