Jokowi Uraa atau Oraa

Kamis, 31 Maret 2022 – 19:57 WIB
Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar dan Presiden Jokowi. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - Perang Rusia vs Ukraina sudah berlangsung lebih dari sebulan, tidak ada tanda-tanda akan segera berhenti.

Korban banyak berjatuhan. Berbagai upaya damai dilakukan, tetapi hasilnya nihil. Yang terjadi malah eskalasi makin tinggi.

BACA JUGA: Ambyar, Pak Jokowi Kok Bisa Hadiri Acara APDESI Abal-abal

Opini dunia terbelah antara yang pro-Rusia dan yang membela Ukraina. Di Indonesia juga begitu. Opini masyarakat terbelah menjadi dua.

Vladimir Putin, presiden Rusia, dipuji dan dibenci. Yang memuji menganggapnya sebagai pahlawan yang berani melawan Amerika. Yang mencaci Putin menganggapnya sebagai agresor dan diktator.

BACA JUGA: APDESI Bakal Deklarasi Jokowi Tiga Periode, PKS: Bisa, tetapi Jadi Kepala Desa

Putin menjadi tokoh yang populer di Indonesia. Video viral menggambarkan pasukan Rusia dalam jumlah besar dan bersenjata lengkap melakukan defile di depan Putin. Dalam pidatonya Putin mengatakan, ‘’Brazikowaz sinyom ilikipaidiede’’ (Sepestamu, Sehari Kemenangan Besar) yang kemudian diakhiri dengan teriakan ‘’Uraa’’.

Ribuan prajurit Rusia kemudian menyambut teriakan Putin dengan gegap gempita.

BACA JUGA: Kemendagri Sebut Apdesi Pendukung Jokowi 3 Periode Tak Berbadan Hukum

Uraa!

Berkali-kali dengan penuh semangat.

Kata Uraa yang diucapkan Putin membuat warganet Indonesia penasaran. Banyak yang menyebarkan video itu sehingga viral di mana-mana. Banyak pula yang mengedit video itu dan memberi narasi yang lucu.

Salah satunya suara Putin diganti dengan bahasa Jawa ‘’Opo kowe setuju Jokowi telung periode..?’’ (apa kalian setuju Jokowi tiga periode?).

Pasukan menjawab.

Oraa! (Tidaa..k).

Uraa di Rusia mirip ‘’hore’’ dalam bahasa Indonesia.

Ungkapan ini biasanya digunakan untuk menyatakan perasaan gembira dan berbahagia pada momen perayaan atau pesta. Uraa juga memiliki maksud sebagai teriakan atau slogan penyemangat, khususnya di militer.

Ungkapan ini sering digunakan oleh orang-orang Rusia untuk membangkitkan semangat ketika melakukan berbagai hal, misalnya dalam pertandingan olahraga dan juga dalam pertempuran di medan perang. Ketika pasukan Rusia bisa mengusir pasukan Jerman dalam Perang Dunia II teriakan Uraa menjadi bagian dari selebrasi.

Teriakan semangat dalam perang juga dipunyai bangsa Jepang. Teriakan ‘’Banzai’’ khas Jepang sekarang populer dan dikenal orang di seluruh dunia.

Sama dengan ‘’Uraa’’ teriakan Banzai kali pertama muncul di medan perang. Berawal dari teriakan seorang jenderal untuk menyemangati prajuritnya.

Pada Perang Dunia II, seorang jenderal Jepang memberi semangat kepada tentaranya sambil meneriakkan, “Tenno Heika Banzai” yang berarti “Hiduplah Kaisar Jepang”. Kata itu kemudian menjadi kata penyemangat militer Jepang.

Sejak saat itulah dalam setiap pertempuran tentara Jepang akan meneriakkan kata banzai. Selain sebagai penyemangat kata tersebut juga sebagai seruan yang membuat musuh gentar. Musuh akan merasa ketakutan bila melihat kekompakan tentara Jepang sambil meneriakkan kata tersebut, karena itu berarti mereka siap mati.

Tentara Jepang mempunyai semangat pantang menyerah dan pantang dipermalukan. Pada detik terakhir menjelang kekalahan tentara Jepang lebih memilih menyerang.

‘’Kamikaze Banzai’’, serangan gelombang manusia, atau human wave attack, untuk menghindari rasa malu karena kekalahan. Senjata gelombang manusia ini menyulitkan lawan, tetapi membawa korban jiwa manusia yang sangat besar.

Teriakan banzai di era modern menjadi seruan penyemangat atau ekspresi kebahagiaan untuk meneriakkan dukungan. Dalam sebuah pertandingan olahraga suporter Jepang menyemangati tim yang sedang bertanding dengan teriakan banzai.

Teriakan ini juga menjadi penyemangat dalam kerja tim dalam suatu perusahaan. Bisa juga seorang guru meneriakkan banzai kepada muridnya agar semangat dalam belajar dan menyelesaikan ujiannya.

Dikenal memiliki semangat yang tinggi, orang Jepang mengucapkan kata tersebut dengan penuh tenaga dan penuh emosi. Dengan demikian bisa memengaruhi setiap orang yang mendengarnya untuk bersemangat. Kata diucapkan sambil mengepalkan tangan kanan untuk mentransfer semangat kepada yang mendengarnya.

Cara lainnya untuk mengekspresikan kata tersebut adalah sambil bersulang, mengangkat gelas berisi minuman atau sake. Biasanya dilakukan oleh pimpinan dalam perusahaan untuk menyemangati tim supaya bisa mencapai target.

Dalam pergaulan sosial, seperti pernikahan, pihak keluarga dari kedua mempelai menyebutkan banzai kepada kedua mempelai sebagai ekspresi atau ungkapan kebahagiaan kepada kedua mempelai.

Sama dengan Jepang, orang-orang Jerman juga dikenal punya semangat nasionalisme yang sangat tinggi. Nasionalisme yang kelewat tinggi itu memunculkan rezim fasisme yang akhirnya memantik perang dunia.

Bangsa Jerman mengalami pemerintahan fasisme di bawah Hitler yang sangat fanatik kepada ras Arya. Orang Jerman terkenal dengan semboyan ‘’Ubber Alles’’ yang berarti Jerman unggul dari siapa pun.

Hal itu tercermin dalam bait lagu kebangsaan "Deutschland, Deutschland uber alles, uber alles in der welt" yang kalau diterjemahkan artinya, "Jerman, Jerman, di atas segalanya, di atas segalanya di dunia."

Lagu itu digunakan sebagai propaganda Nazi. Lagu itu kemudian ditinggalkan setelah Perang Dunia II. Lagu Deutschlandlied masih tercatat sebagai lagu kebangsaan resmi Jerman, tetapi bait pertama yang berbau Nazi dihilangkan.

Dalam perang puputan melawan Sekutu di Normandia pada 1945 Jerman terdesak. Amerika menurunkan pasukan payung melalui udara dengan pendaratan superheroik dalam sejarah perang modern.

Tidak ada tempat bagi pasukan darat Amerika di Normandia, hanya satu cara untuk menempatkan pasukan daratnya, membuka jalan darat di Normandia melalui pasukan payungnya yang diterjunkan di medan pertempuran Normandia, lalu masuk pasukan daratnya 3.2 juta tentara melalui laut dan menjadi catatan sebagai yang terbesar dalam perang di dunia.

Peristiwa itu terjadi 6 Juni 1945 yang menjadi titik balik dari posisi unggul pasukan Jerman menjadi kekalahan dalam ekspansi militernya di Eropa. Jerman kalah dalam Perang Dunia II, tetapi Hitler membangkitkan semangat pantang menyerah Jerman melalui semboyan Jerman Uber Alles, Jerman di atas segalanya.

Sekarang semboyan itu masih dipakai oleh orang Jerman, terutama untuk menyemangati tim sepak bola. Semangat ‘’Uber Alles’’ itu membuat kesebelasan Jerman tidak pernah menyerah sebelum pertandingan selesai 2×45 menit.

Itulah sebabnya kesebelasan Jerman sangat sulit dikalahkan di turnamen besar seperti Piala Dunia dan Piala Eropa. Tim Jerman pun terkenal sebagai tim spesialis turnamen.

Para pemimpin populis seperti Hitler dan Putin pandai memanipulasi dukungan rakyat untuk kepentingan kekuasaannya. Hitler menjadi diktator dan Putin sekarang menjadi pemimpin seumur hidup dengan merekayasa konstitusi.

Ketika sebuah rezim merasa sangat kuat, bisa memobilisasi dukungan politik dengan memberangus oposisi, maka lahirlah pemimpin otoriter dengan memanipulasi demokrasi. Hitler mengambil alih kekuasaan Jerman secara konstitusional. Putin menjadi presiden seumur hidup pun dengan cara konstitusional, meskipun itu hasil rekayasa.

Indonesia sedang berada di simpang jalan. Periode kepemimpinan Jokowi akan berakhir pada 2024. Sekarang mulai muncul gerakan mengubah konstitusi untuk memungkinkan Jokowi menambah jabatan menjadi tiga periode.

Sudah banyak bermunculan upaya mobilisasi masa. Organisasi yang mengeklaim sebagai asosiasi kepala desa seluruh Indonesia sudah berancang-ancang untuk mendeklarasikan tiga periode untuk Jokowi.

Sampai sejauh ini Jokowi tidak bersikap tegas. Kalimatnya bersayap. Ia mengatakan akan taat kepada konstitusi, tetapi tidak menegaskan konstitusi yang mana. Kalau nanti konstitusi diamendemen melalui rekayasa politik yang memungkinkan Jokowi menjabat tiga periode, akankah Jokowi taat kepada konstitusi rekayasa itu?

Elite politik boleh saja merekayasa konstitusi. Jokowi boleh saja duduk manis menunggu kesempatan. Namun, keputusan final tetap ada pada rakyat. Jokowi Ora (tidak) atau Jokowi Uraa (hore), semua bergantung pada rakyat. (*)


Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler