JPU Ajukan Tuntutan 2 Tahun Penjara untuk Jasriadi Saracen

Senin, 26 Maret 2018 – 23:55 WIB
Pentilan kelompok Saracen Jasriadi (berompi) yang menjadi terdakwa pelanggaran UU ITE saat menjalani persidangan di PN Pekanbaru, Riau, Senin (26/3). Foto: Virda Alisya/JawaPos.com

jpnn.com, PEKANBARU - Jaksa penuntut umum (JPU) dari Kejaksaan Negeri Pekanbaru mengajukan tuntutan ke majelis hakim agar menghukum terdakwa ujaran kebencian Jasriadi (32) dengan hukuman dua tahun penjara. JPU meyakini pentolan grup Saracen itu telah menyalahi Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU) ITE.

“Agar majelis hakim dapat menjatuhkan hukuman pidana penjara selama dua tahun kepada terdakwa," kata JPU ‎Sukatmini di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru yang diketuai Asep Koswara pada persidangan yang digelar Senin (26/3).

BACA JUGA: Pembacokan Kiai Kendal Dijadikan Hoaks Kebangkitan PKI

Jaksa menganggap Jasriadi terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar hak akses pada media elektronik sesuai Pasal 46 ayat (1) juncto Pasal 30 ayat (1) Undang Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE. Jasriadi juga dijerat Pasal 48 ayat 2 juncto Pasal 32 ayat 2, Pasal 46 ayat 2 juncto Pasal 30 ayat 2, dan atau Pasal 46 ayat 1 juncto Pasal 30 ayat 1 UU ITE.

Menanggapi tuntutan JPU, Jasriadi yang didampingi oleh kuasa hukumnya, Dede Gunawan akan menyampaikan pleidoi atau pembelaan pada sidang selanjutnya.

BACA JUGA: Polri Sikat Muslim Cyber Army, Hoaks Telur Palsu Malah Viral

Sebelumnya JPU mendakwa Jasriadi telah mengedit foto Suarni dan kartu tanda penduduk (KTP) korban pada 19 Maret 2017. Datanya diubah seolah-olah identik dengan milik Saracen.

Jasriadi juga dituduh melakukan akses ilegal terhadap akun Facebook Sri Rahayu Ningsih yang sudah disita Mabes Polri.  Dia mengubah password dan recovery email untuk akun tersebut pada 5 Agustus 2017.

BACA JUGA: BIN Punya Alat Canggih, Pembuat Hoaks Sangat Mudah Ditemukan

Akun itu dikaitkan Jasriadi ke sejumlah orang. Beberapa status tersebut diubah, seperti Adakah keadilan di negeri ini?, Mati satu tumbuh seribu dan memuat tiga gambar screenshot bergambar Ahok.

Semua perbuatan itu dilakukan Jasriadi  di rumahnya di Jalan, Kasa, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru. Tujuan terdakwa mengakses akun Sri Rahayu Ningsih untuk mengetahui informasi tentang langkah polisi menangkap pemilik di media sosial itu.

Jasriadi ditangkap tim Mabes Polri di Jalan Kasah, Pekanbaru, 8 Agustus 2017. Sebelumnya, Mabes Polri juga menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam Grup Saracen.

Polisi juga menangkap admin Muhammad Abdullah Harsono yang  mengunggah berbagai konten ujaran kebencian dan bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) di dalam akun Facebook Saracen. Dia terpantau mengubah grup Saracen menjadi NKRI Harga Mati.

Sementara Harsono, sudah divonis oleh majelis hakim selama 2 tahun 8 bulan. Hukuman untuk Harsono dua tahun lebih ringan daripada tuntutan jaksa selama empat tahun.

Kelompok Saracen diketahui membuat sejumlah akun media sosial dan online. Akun-akun tersebut antara lain Saracen News, Saracen Cyber Team, dan saracennews.com. Kelompok ini diduga menawarkan jasa menyebarkan ujaran kebencian bernuansa SARA.(ica/JPC)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terancam 6 Tahun Penjara, Begini Reaksi Ahmad Dhani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler