Jual Cincin untuk Modal, Pinjam Bank Dianggap Gila

Selasa, 23 Maret 2010 – 02:53 WIB
SUKSES - Susi Pudjiastuti di depan pesawat New Piaggio Avanti, di bandara pribadinya di kawasan Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Foto: Agus Wirawan/Jawa Pos
Keputusannya keluar dari sekolah saat masih berusia 17 tahun sangat disesalkan oleh kedua orang tuanyaNamun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, kini Susi Pudjiastuti memiliki 50 pesawat dan pabrik pengolahan ikan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan ekspor.

Laporan AGUS WIRAWAN, Pangandaran

ANGIN
laut bertiup kencang saat pesawat Cessna yang membawa Jawa Pos mendekati Pantai Pangandaran, Jawa Barat

BACA JUGA: Noor Huda Ismail, Konsultan Sukses yang Berdayakan Para Napi Teroris

Setelah berputar sekali di atas perairan biru, pesawat berkapasitas 10 penumpang itu lantas menukik, kemudian mendarat di bibir pantai yang indah.

Konstruksi landasan yang biasa dipakai take-off dan landing itu terbuat dari campuran pasir-batu yang dipadatkan
"Ini bandara private (milik pribadi)

BACA JUGA: David Gunarni, Pemenang Kompetisi Gaya Hidup The Biggest Loser Asia

Panjangnya satu kilometer," ujar wanita paruh baya yang menyambut Jawa Pos dengan ramah.

Namanya Susi Pudjiastuti, Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan operator penerbangan Susi Air
Rambutnya ikal kemerahan, suaranya serak-serak, namun pembawaannya supel.

Bukan hanya bahasa Inggris fasih yang keluar dari mulutnya saat berbincang dengan para pilotnya yang bule

BACA JUGA: Carmanita, Perempuan yang Sukses Membatik Sedan Mercy Seharga Rp 1 Miliar

Susi - panggilan akrabnya - juga menggunakan bahasa Sunda dan sesekali bahasa Jawa kepada pembantu-pembantunya.

"Saya suka belajar bahasa apa ajaYang penting bisa buat marah dan memerintahSebab, dengan itu, saya bisa bekerja," ujarnya sambil lantas tertawa.

Saat ini, wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut, memiliki 50 unit pesawat berbagai jenisDi antaranya adalah Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, serta Diamond DA 42Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa seperti di Papua dan Kalimantan.

"Ada yang disewaNamun, ada yang dioperasikan sendiri oleh Susi AirBiasanya dipakai di daerah-daerah perbatasan oleh pemda atau swasta," jelas wanita yang betis kanannya ditato gambar burung phoenix dengan ekor menjuntai itu.

Susi tak mematok harga sewa pesawat secara khususSebab, hal itu bergantung pelayanan yang diminta pihak penyewaBiaya sewanya pun bermacam-macam, tapi rata-rata antara USD 400 sampai USD 500 per jam.

"Kadang ada yang mau USD 600 sampai USD 700 per jamPerusahaan minyak mau bayar USD 1.000 karena beda-beda level servis yang dituntutUntuk keperluan terbang, semua piranti disediakan Susi AirPesawat, pilot, maupun bahan bakarJadi, itu harga nett mereka tinggal bayar," tegasnya.

Bakat bisnis Susi terlihat sejak masih beliaPendirian dan kemauannya yang keras tergambar jelas saat usia Susi menginjak 17 tahunDia memutuskan keluar dari sekolah ketika kelas II SMATak mau hidup dengan cara nebeng orang tua, dia mencoba hidup mandiriTapi, kenyataan memang tak semudah yang dibayangkan.

"Cuma bawa ijazah SMP, kalau ngelamar kerja jadi apa sayaSaya nggak mau yang biasa-biasa saja," ujarnya.

Kerja keras pun dilakoni Susi saat ituMulai dari berjualan baju, bed cover, hingga hasil-hasil bumi seperti cengkehSetiap hari, Susi harus berkeliling Kota Pangandaran menggunakan sepeda motor untuk memasarkan barang dagangannyaHingga, dia menyadari bahwa potensi Pangandaran adalah di bidang perikanan"Mulailah saya pengen jualan ikan karena setiap hari lihat ratusan nelayan," tuturnya.

Pada 1983, berbekal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan berupa gelang, kalung, serta cincin miliknya, Susi mengikuti jejak banyak wanita Pangandaran yang bekerja sebagai bakul ikanTiap pagi pada jam-jam tertentu, dia nimbrung bareng yang lain berkerumun di TPI (tempat pelelangan ikan)"Pada hari pertama, saya hanya dapat 1 kilogram ikan, dibeli sebuah resto kecil kenalan saya," ungkapnya.

Tak cukup hanya di Pangandaran, Susi mulai berpikir meluaskan pasarnya hingga ke kota-kota besar seperti JakartaDari sekadar menyewa, dia pun lantas membeli truk dengan sistem pendingin es batu dan membawa ikan-ikan segarnya ke Jakarta"Tiap hari, pukul tiga sore, saya berangkat dari PangandaranSampai di Jakarta tengah malam, lalu balik lagi ke Pangandaran," ucapnya mengenang pekerjaan rutinnya yang berat pada masa lalu.

Meski sukses dalam bisnis, Susi mengaku gagal dalam hal asmaraWanita pengagum tokoh Semar dalam dunia pewayangan itu menyatakan sudah tiga kali menikahTapi, biduk yang dia arungi bersama tiga suaminya tak sebiru dan seindah Pantai PangandaranSemua karam.

Dari suaminya yang terakhirlah, Christian von Strombeck, si Wonder Woman ini mendapat inspirasi untuk mengembangkan bisnis penerbangan"Dia seorang aviation engineer," lanjutnya.

Christian merupakan seorang ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara yang sekarang bernama PT DI, Red)Awal perkenalannya dengan lelaki asal Prancis itu terjadi saat Christian sering bertandang ke Restoran Hilmans milik Susi di Pantai PangandaranBerawal dari perkenalan singkat, Christian akhirnya melamar Susi"Restoran saya memang ramaiSehari bisa 70-100 tamu," katanya.

Dengan Christian, Susi mulai berangan-angan memiliki sebuah pesawat dengan tujuan utama mengangkut hasil perikanan ke JakartaSatu-satunya jalan, lanjut Susi, adalah dengan membangun landasan di desa-desa nelayan"Jadi, tangkap ikan hari ini, sorenya sudah bisa dibawa ke JakartaKan cuma sejam," tegas ibu tiga anak dan satu cucu tersebut.

Berbeda jika harus memakai jalur darat yang bisa memakan waktu hingga sembilan jamSesampai di Jakarta, banyak ikan yang matiPadahal, jika mati, harga jualnya bisa anjlok separuh.

"Kami mulai masukin business plan ke perbankan pada 2000, tapi nggak lakuDiketawain sama orang bank dan dianggap gila'Mau beli pesawat USD 2 juta, bagaimana ikan sama udang bisa bayar,' katanya," ujar Susi.

Barulah pada 2004, Bank Mandiri percaya dan memberi pinjaman sebesar USD 4,7 juta (sekitar Rp 47 miliar) untuk membangun landasan, serta membeli dua pesawat Cessna Grand CaravanNamun, baru sebulan dipakai, terjadi bencana tsunami di Aceh"Tanggal 27 kami berangkatkan satu pesawat untuk bantuItu jadi pesawat pertama yang mendarat di MeulabohTanggal 28 kami masuk satu lagiKami bawa beras, mi instan, air dan tenda-tenda," ungkapnya.

Awalnya, Susi berniat membantu distribusi bahan pokok secara gratis selama dua minggu sajaTapi, ketika hendak balik, banyak lembaga non-pemerintah yang memintanya tetap berpartisipasi dalam recovery di Aceh"Mereka mau bayar sewa pesawat kamiSatu setengah tahun kami kerja di sanaDari situ, Susi Air bisa beli satu pesawat lagi," jelasnya.

Perkembangan bisnis sewa pesawat miliknya pun terus melangitUtang dari Bank Mandiri sekitar Rp 47 miliar sekarang tinggal 20 persennya"Setahun lagi selesaiTinggal tiga kali cicilan lagiDari BRI, sebagian baru mulai cicilKalau ditotal, semua (pinjaman dari perbankan) lebih dari Rp 2 triliunReturn of investment (balik modal) kalau di penerbangan bisa 10-15 tahun karena mahal," katanya.

Susi tak hanya mengepakkan sayap di bisnis pesawat dan menebar jaring di lautSekarang, dia pun merambah bisnis perkebunanMeski begitu, dia mengakui ada banyak rintangan yang harus dilalui"Perikanan kita sempat hampir rugi karena tsunami di Pagandaran pada 2005Kami sempat dua tahun nggak ada kerja perikanan," tuturnya.

Untuk penerbangan rute Jawa seperti Jakarta-Pangandaran, Bandung-Pangandaran dan Jakarta-Cilacap, Susi menyatakan masih merugiSebab, terkadang hanya ada 3-4 penumpangDengan harga tiket rata-rata Rp 500 ribu, pendapatan itu tidak cukup untuk membeli bahan bakar"Sebulan rute Jawa bisa rugi Rp 300 juta sampai Rp 400 jutaTapi, kan tertutupi dari yang luar JawaLagian, itu juga berguna untuk mengangkut perikanan kami," ujarnya.

Susi memang harus mengutamakan para pembeli ikannya, karena mereka sangat sensitif terhadap kesegaran ikanSekali angkut dalam satu pesawat, dia bisa memasukkan 1,1 ton ikan atau lobster segarPembelinya dari Hongkong dan Jepang setiap hari menunggu di Jakarta"Bisnis ikan serta lobster tetap jalan dan bisnis penerbangan akan terus kami kembangkanTahun depan kami harap sudah bisa memiliki 60 pesawat," katanya penuh optimisme(c5/leak)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Agar Aman, Penjual dan Pembeli Dibatasi Besi Teralis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler