Jubir BPN Sebut Tarif Tol di Indonesia Paling Mahal di Asia Tenggara

Kamis, 07 Februari 2019 – 19:13 WIB
Ilustrasi tol Trans Jawa. (Foto: Ist/jpnn)

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno, Suhendra Ratu Prawiranegara menilai pembangunan infrastruktur jalan tol trans Jawa oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak memberikan efek positif bagi ekonomi rakyat.

Ada beberapa alasan yang diungkap Suhendra, salah satunya tarif tol trans Jawa yang terlampau mahal. Suhendra mengatakan, mahalnya tarif tol sangat dirasakan pengusaha logistik. Akibatnya, angkutan truk pembawa logistik kini berpindah kembali menggunakan jalan nasional.

BACA JUGA: Lewat Tol Trans Jawa, Biaya Perjalanan Tambah Hingga Rp 1,8 Juta

“Tarif tol trans Jawa bisa mencapai Rp 1,5-2 juta. Ini tentu membuat para pengusaha logistik menjerit. Mereka sudah protes kepada pemerintah," ujar Suhendra di Jakarta, Kamis (7/2).

Menurut Suhendra, pemerintah melalui kementerian berwenang kini berupaya merevisi besaran tarif yang ada. Hal tersebut menjadi bukti pemerintah mengakui tarif tol trans Jawa kemahalan.

BACA JUGA: Pengusaha Nilai Tarif Tol Trans Jawa Terlalu Mahal

Lebih lanjut Suhendra mengatakan, tarif tol di Indonesia merupakan tarif tol termahal di Asia Tenggara. Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum 2005-2009 ini merinci, rata-rata tarif tol di Indonesia berkisar Rp1.300 hingga Rp1.500/km. Sementara di negara-negara tetangga, seperti Singapura hanya Rp 778/km, Malaysia Rp 492/km, Thailand dalam kisaran Rp 440/km, Vietnam dalam kisaran Rp 1.200/km, dan Filipina Rp 1.050/km.

"Merujuk fakta yang ada, bukan hal aneh jika para pengguna jalan tol di Indonesia protes tarif mahal," ucapnya.

BACA JUGA: Melintas di 6 Ruas Tol Trans Jawa Mulai Dikenakan Tarif, Ada Diskon

Suhendra juga mengatakan, pembangunan tol trans Jawa mengakuisisi lahan-lahan produktif pertanian dan perkebunan. Baik itu lahan milik perorangan atau korporasi, bahkan ada juga lahan produktif milik BUMN.

"Jika yang terkena adalah lahan produktif pertanian atau sawah, tentu akan berdampak pada produksi padi di daerah setempat,” katanya.

Suhendra menyebut efek negatif dari pembangunan tol trans Jawa mulai dirasakan UMKM di wilayah pantai utara Jawa. Sejumlah UMKM di kota-kota sepanjang jalur pantura perlahan-lahan mati suri.

“Saya mendengar testimoni dari para pengusaha batik di Pekalongan, mereka sudah banyak mengeluh karena omzet menurun sejak tol trans Jawa beroperasi tersambung. Keluhan semacam ini merupakan koreksi dan kritik atas kebijakan pemerintah dalam mengunggulkan infrastruktur khususnya jalan tol,” pungkas Suhendra. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Ada 2 Bulan, Talut Tol Pejagan - Pemalang Longsor


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler