Jumlah Penderita Kanker Tertinggi di DI Yogyakarta, Mengapa?

Selasa, 05 Februari 2019 – 00:14 WIB
Pap Smear untuk deteksi kanker rahim. Foto: JawaPos.com

jpnn.com, JAKARTA - Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari. Per tahun, penderita kanker baru mencapai 348 orang di Indonesia.

Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian. Data tersebut juga menyebutkan 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker.

BACA JUGA: Biaya Haji Indonesia Termurah di ASEAN, Nih Buktinya

Menurut data Kementerian Kesehatan, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia 136.2 per 100.000 penduduk.

Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan, Indonesia berada pada urutan delapan di Asia Tenggara. ”Sedangkan di Asia urutan ke 23,” ucapnya.

BACA JUGA: Penetapan BPIH Cepat, Persiapan Haji Lebih Matang

Angka jenis kanker tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk.

Kedudukan kedua, kanker hati yang penderitanya mencapai 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.

BACA JUGA: Partai Tidak Boleh Menentang Kehendak Rakyat

Anung menambagjan, angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 pendudu dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Kanker leher rahim atau serviks berada pada urutan dua.

”Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018,” ujarnya.

Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta. Menurit survei Riskessaa jumlahnya mencapai 4,86 per 1000 penduduk. Belum ada penelitian kenapa Jogja memiliki penderita kanker tertinggi di Indonesia.

Namun menurut Anung hal ini bisa disebabkan pemilihan makanan yang tidak tepat, angka harapan hidup tinggi, dan budaya merokoknya juga tinggi.

Dia menambahkan jika aksebilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan tinggi. Hal ini menurutnya juga berpengaruh pada temuan kasus kanker yang juga naik.

BACA JUGA: 6 Kebiasaan ini Bisa Picu Kanker

Untuk menunjang pengobatan, maka Kemenkes mengoptimalkan agar meminimalisir waktu tunggu. Anung menjelaskan bahwa di 11 rumah sakit rujukan nasional sudah memiliki alat radioterapi. ”Namun kanker ini tidak hanya radioterapi,” ungkapnya.

Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional Prof dr Soehartati GW SpRad mengatakan bahwa setiap tahun ditemukan 348 kasus kanker baru. Bahkan pada 2040 diprediksi dalan 1 detik ada 1 orang tekena kanker. ”Dalam dua detik ada satu penderita kanker meninggal,” bebernya.

Berprilaku hidup sehat dan melakukan deteksi dini menurutnya merupakan langkah yang harus dilakukan.

BACA JUGA: Tingkat Kematian karena Kanker Kulit Melonjak, Kebanyakan para Pria

Sebab penyebab kanker belum ditemukan. Deteksi dini dapat mengurangi angka kesakitan penderita. ”43 persen risiko kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat,” bebernya. (lyn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Penjelasan Ketua PT DKI soal Penahanan Ahmad Dhani


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler