jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, tahun ini jumlah perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) diprediksi melebihi target.
Selain faktor suku bunga, tren startup digital yang mencari pendanaan di pasar modal meningkat.
BACA JUGA: BEI Himpun Dana Rp 16,01 Triliun Sepanjang 2018
Pada 2018, lebih dari empat perusahaan digital masuk ke pasar saham.
Dia mengatakan, bisnis digital pada 2019 makin berkembang dan membutuhkan investor untuk mendukung ekspansi.
BACA JUGA: Jokowi Sebut Pasar Modal Indonesia Terbaik Kedua di Dunia
’’Kalau target (IPO) rendah, bukan pemilu penyebabnya, melainkan kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia, perang dagang, fluktuasi kurs rupiah, dan turunnya harga komoditas,’’ kata Bhima, Selasa (1/1).
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan bahwa target perusahaan yang IPO pada 2019 sama dengan tahun sebelumnya, yakni 35.
BACA JUGA: Bekraf Dorong Perusahaan Startup Melantai di Bursa
Target tersebut terbilang rendah jika dibandingkan dengan capaian pada 2018.
Selama 2018, BEI mencatat 57 perusahaan melakukan penawaran umum perdana alias IPO.
Bhima mengatakan, jika jumlah perusahaan yang IPO hanya 35, likuiditas di pasar dan jumlah investor baru juga terpengaruh.
’’Idealnya, target tetap dibuat optimistis. Artinya, lebih tinggi daripada pencapaian,’’ tegas Bhima.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menilai, kondisi pasar modal masih kondusif.
Melihat kondisi domestik dan eksternal, jumlah perusahaan yang melantai di bursa bisa melampaui target.
Dia tidak memungkiri bahwa pada tahun politik pelaku pasar cenderung mengambil langkah wait and see.
Namun, seiring dengan berakhirnya pilpres, pasar akan kembali menggeliat.
’’Biasanya, kebanyakan di semester kedua. Mereka menunggu situasi kondusif,’’ jelas Nafan. (nis/c4/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Inisiatif BEI Perdalam Pasar Berbasis Digital
Redaktur & Reporter : Ragil