jpnn.com, SURABAYA - Jumlah pengusaha dari kalangan generasi milenial di Indonesia hanya di bawah empat persen dibandingkan total penduduk.
Karena itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Surabaya berupaya meningkatkan jumlah pengusaha milenial.
BACA JUGA: Cara Prudential Life Assurance Genjot Kinerja UMKM
Wakil Ketua BPC Hipmi Surabaya Anantha Wijaya mengatakan, di Surabaya ada 154 kelurahan dengan 31 kecamatan.
BACA JUGA: Asuransi Jiwa Sinarmas Bidik Premi Bersih Rp 6,342 Triliun
BACA JUGA: Go Food Festival Diganjar Rekor MURI Sebagai Jaringan Pujasera UMKM Terbanyak di Indonesia
Di setiap wilayah tentu terdapat karang taruna sebagai organisasi kepemudaan.
Jika tiap tahun di kelurahan minimal ada dua pengusaha baru, akan muncul lebih dari 300 pengusaha baru di Surabaya dalam setahun.
BACA JUGA: Beri Ruang UMKM Berkarya, PTTEP dan CECT Hadir di Pekanbaru
”Dengan begitu, sociopreneur bisa tercipta di kota ini,” jelasnya di Surabaya, Sabtu (22/6).
Hipmi Surabaya berkomitmen terus mendorong organisasi kepemudaan itu untuk menciptakan wirausaha kecil yang mandiri.
”Mereka kami motivasi untuk membuka warung atau usaha lainnya yang investasinya tidak begitu besar. Misalnya, buka bisnis kopi atau bisa juga dengan menggandeng BUMN yang sekarang juga tengah gencar mencari entrepreneur muda,” terang Anantha.
Jika program tersebut dapat berjalan bagus, sangat mungkin angka penganggur bisa ditekan dan diminimalkan dari tingkat paling bawah, yaitu RT/RW.
”Strategi lainnya, kami bersama dengan karang taruna akan sering menggelar bazar yang menjual produk-produk dari para pengusaha muda itu sendiri,” paparnya.
Terkait dengan permodalan, Ketua Umum BPC Hipmi Surabaya Muhammad Lutfy menegaskan, pihaknya memastikan selalu melakukan pendampingan pendanaan hingga pengusaha baru itu bisa mandiri.
Hipmi Surabaya kini juga telah menggandeng BTN dan Dana Prospera sehingga masalah modal bisa diatasi.
Pembiayaan usaha bisa mulai Rp 3 juta, bergantung jenis dan bidang bisnis yang digeluti.
”Intinya, kami ingin membangun ekonomi kerakyatan dan sekaligus memfasilitasi wirausaha pemula atau UKM dengan bermodal kecil,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas UMKM Berbagi Bersama Berkembang (BBB) Wahyu menjelaskan, jumlah UMKM di Indonesia terus meningkat.
Berdasar data Kementerian Koperasi dan UMKM, total UMKM di tanah air sampai saat ini sudah lebih dari 60 juta.
Namun, para pelaku UMKM tersebut masih menghadapi banyak kendala usaha. Terutama dalam pemanfaatan teknologi dan mencari pasar yang potensial.
Menurut dia, sampai sekarang masih banyak UMKM yang mengandalkan penjualan secara konvensional atau manual. Padahal, pergerakan pasar telah mengarah ke digital.
”Sekarang zamannya sudah online. Namun, tidak sedikit pelaku usaha kecil yang masih saja mengandalkan konvensional karena tidak tahu bagaimana cara menggunakan online,” jelasnya kemarin.
Untuk itu, pelatihan digital kepada para UMKM harus terus didorong supaya mereka bisa masuk ke marketplace online.
Karena jika tidak begitu, akan sulit mengenalkan produk kreasi mereka ke pasar yang lebih luas. Padahal, potensinya cukup besar untuk digarap.
”Secara pertumbuhan sebenarnya jumlah UMKM di Indonesia tiap tahun selalu tumbuh 20–30 persen,” imbuhnya. (car/c10/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BTN House Price Index Triwulan I 2019 Naik 7,3 Persen
Redaktur : Tim Redaksi