Jumlah Warga Tiongkok Turun Signifikan Pascapandemi Covid-19, Ada Hal Bikin Waswas

Selasa, 17 Januari 2023 – 23:27 WIB
Biksu kuil Shaolin siap mengajarkan kung fu kepada pelajar dari luar Tiongkok. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Untuk pertama kali setelah enam dekade, populasi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) turun signifikan.

Pada akhir 2022, jumlah keseluruhan warga Negeri Panda itu mencapai 1,411 miliar jiwa.

BACA JUGA: Xi Jinping Menikmati Bali, Jutaan Warga Beijing Malah Dilarang Keluar Rumah

Menurut Biro Statistik Nasional Tiongkok, angka itu mengalami penurunan 850 ribu jiwa dibandingkan tahun sebelumnya.

Selama 2022, terdapat 9,56 juta kelahiran di Tiongkok. Di sisi lain, jumlah warga Tiongkok yang meninggal dunia pada tahun lalu mencapai 10,41 juta jiwa.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: WHO Sebut Data COVID Tiongkok Tak Gambarkan Situasi Sebenarnya

Penurunan jumlah populasi di Tiongkok itu merupakan yang terburuk setelah The Great Famine yang terjadi pada periode 1959-1961. Pada masa suram itu, belasan juta warga Tiongkok mati karena kelaparan.

Kepala Badan Statistik Nasional Tiongkok Kang Yi menjelaskan tingkat kelahiran di negerinya pada 2022 hanya 6,77 per 1.000 penduduk. Angka itu turun dibandingkan pada 2021 yang mencapai 7,52 kelahiran per 1.000 penduduk.

BACA JUGA: Populasi China Menyusut Pertama Kalinya di Era Komunis

Tingkat kelahiran pada 2022 itu menjadi paling rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Namun, tingkat kematian di Tiongkok justru meningkat. Pada 2021, tingkat kematian di Negeri Tirai Bambu itu di angka 7,18 per 1.000 orang.

Angka itu meningkat menjadi 7,37 per 1.000 penduduk pada 2022. Menurut BBC, Tiongkok untuk pertama kalinya memiliki angka kematian melebihi kelahiran.

Penurunan populasi itu diyakini sebagai buah kebijakan satu anak atau ‘One-Child Policy’ yang diberlakukan selama periode 1980-2015. Pembatasan jumlah anak dalam satu pasutri itu telah mencegah 400 juta kelahiran.

Namun, hal itu menyebabkan proporsi populasi usia pekerja berkurang signifikan sehingga memunculkan masalah memprihatinkan.

Data Biro Statistik Nasional memperlihatkan jumlah warga Tiongkok berusia produktif antara 16-59 tahun mencapai 875,56 juta jiwa. Angka itu setara 62 persen dari populasi Tiongkok.

Adapun warga berusia di atas 65 tahun mencapai 209,78 juta jiwa atau 14,9 persen dari populasi Tiongkok.

Ekonom dari Economist Intelligence Unit (EIU) Yue Su menyodorkan prediksinya soal hal yang akan terjadi pada Tiongkok dengan kondisi itu.

“Tren ini akan terus berlanjut dan mungkin memburuk setelah Covid,” ujarnya.

Yue memperkirakan kondisi ekonomi yang sulit akan membuat banyak orang menunda pernikahan maupun memiliki anak.

“Tingginya tingkat pengangguran kaum muda dan rendahnya ekspektasi akan pendapatan berpotensi menunda pernikahan dan rencana melahirkan selanjutnya, sehingga menurunkan jumlah bayi yang baru lahir," tuturnya.

Meski demikian, pemerintah Tiongkok tetap meminta warganya tidak perlu waswas dengan penurunan populasi itu.

“Secara keseluruhan ketersediaan tenaga kerja masih melebihi permintaan,” ujar Kang Yi.

Penurunan populasi Tiongkok itu membuka peluang bagi India untuk menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia pada 2023.

Pada 2022, tingkat kelahiran di India mencapai 16,42 per 1.000 penduduk.

Data Google Trends juga menunjukkan penelusuran tentang botol bayi di India meningkat hingga 15 persen, sedangkan tempat tidur bayi melonjak lima kali lipat.(REUTERS/BBBC/JPNN.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Militer Amerika dan India Latihan Bersama di Himalaya, China Ketar-ketir


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler