Jurus Golok Terbang ala Mat Depok

Jumat, 26 Agustus 2016 – 09:33 WIB
Misar anak Paderan alias Mat Depok di makam ayahnya di TPU Tanah Baru, Depok. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - MAT DEPOK bebas dari penjara Nusa Kambangan setelah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan angkat kaki dari negeri ini. Jawara pimpinan laskar rakyat itu memilih kembali ke masyarakat.  

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Mat Depok, Nyai Belanda dan Jaringan Jawara Jakarta

Banteng Merah--gerakan bawah tanah antifasis di zaman Jepang dan memainkan peran di arus bawah semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia--bubar begitu saja setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, 27 Desember 1949. 

Para punggawanya ada yang menjadi politisi di sejumlah partai politik. Ada yang terus bergerilya bersama Gerombolan Bambu Runcing. Ada yang jadi polisi, adapula yang kembali ke masyarakat jadi rakyat biasa. Termasuk Mat Depok.

BACA JUGA: Antara Mat Depok dan Belanda Depok

Mat Depok yang baru bebas dari Nusa Kambangan memilih kembali ke masyarakat, pulang kampung ke Tanah Baru, Depok.

Golok Terbang 

BACA JUGA: Ke Danau Toba, Delegasi Pemerintah Pusat Disambut Kepala Bandit

Setelah beberapa hari di kampung, Paderan alias Mat Depok mulai "berulah". 

“Paderan sering berentiin mobil yang lewat perempatan. Dulu itu, mobil yang lewat perempatan Tanah Baru masih sangat sedikit. Dan jalan masih jelek. Mobil itu diberentiin untuk dimintain duit," kenang Buang Jayadi, ketua Gong Sibolong--kelompok kesenian tertua di Depok. 

Menurut Buang, duit itu tak dikantongi sendiri. Tapi, Mat Depok  mengumpulkan anak-anak muda. Duit itu dibagi-bagi, dan mereka disuruh kerja membenahi jalan. 

Orang Tanah Baru lainnya yang semasa muda pernah bersama-sama Mat Depok membenarkan cerita itu. 

“Ada lucunya juga. Kalau dia minta duit seribu kepada mobil yang lewat, ya harus dikasih seribu. Dikasih dua ribu dia nggak mau. Apalagi dikasih lima ratus," kata Ahmad Supandu.  

Karena ulahnya, pernah juga ada sopir yang kabur ketakutan. Kalau sudah begini Mat Depok reflek mengeluarkan jurus golok terbang. Tak ada yang lolos, bila goloknya melayang tembus dan menancap di itu mobil.   

Ditemui terpisah, Misar anak Mat Depok langsung ketawa geli ketika saya tanya nostalgia jurus golok terbang ayahnya.

“Itu bendo (golok) ayah yang hilang kebawa mobil sampai tiga biji. Dia lempar dan nyangkut di mobil,” ujarnya sembari terbahak-bahak. 

Di samping membangun dan membenahi jalan, dengan caranya, Mat Depok juga mengerahkan para pemuda babat alas membuka tanah pekuburan. 

Jalan yang dibangunnya ialah jalan raya yang kini menjadi jalan utama di wilayah itu. Tanah pekuburan yang digarapnya, kini menjadi Taman Pemakaman Umum (TPU) di sana.  

Di Tanah Baru, menurut Buang Jayadi, banyak lagi jasa sang mantan gerilyawan bila mau disebut. "Makanya waktu itu sempat ada perundingan untuk mengabadikan nama Paderan jadi nama jalan."

Tapi, perundingan tinggal perundingan. (wow/jpnn)

Berita terkait: 

Antara Mat Depok dan Belanda Depok 

Mat Depok, Nyai Belanda dan Jaringan Jawara Jakarta  

BACA ARTIKEL LAINNYA... Padang Pernah Dijajah Aceh Selama…


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler