Jutaan Anak dan Ortu Terpapar Tayangan Iklan Produk Mamin

Senin, 07 Agustus 2017 – 17:02 WIB
Diskusi publik Hari Anak Nasional 2017 di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (7/8).Foto: Mesya Mohammad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang. Dari jumlah tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 11 juta jiwa atau sekira 40 persen adalah anak-anak.

Kemiskinan, kata Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAIC) Dr Winny GW, memang menjadi faktor utama masalah gizi, tidak hanya di Indonesia tapi juga belahan dunia lainnya.

BACA JUGA: Lima Makanan Tinggi Kalori yang Harus Anda Batasi

Namun, di era informasi dan teknologi komunikasi, di mana penyebaran dan perputaran informasi sangat cepat turut menyumbang masalah.

Sebab, tidak semua informasi yang diakses masyarakat bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, terutama yang berkaitan dengan kesehatan.

BACA JUGA: Percayalah, Susu Kental Manis Aman Dikonsumsi Anak

Hal lain yang perlu diwaspadai menurut Winny adalah iklan atau promosi produk yang tidak tepat. Saat ini, jutaan anak dan ortu terpapar tayangan iklan produk makanan dan minuman yang tidak tepat.

"Visualisasi iklan dan frekuensi penayangan yang tinggi menyebabkan anak-anak terpengaruh untuk mengonsumsi produk yang diiklankan. Padahal kandungan nutrisi dalam produk tersebut belum tentu sesuai kebutuhan tubuh anak," ujar Winny dalam diskusi publik Hari Anak Nasional 2017 di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (7/8).

BACA JUGA: 5 Kebiasaan Sehat ini Bisa Bantu Anda Hidup Lebih Lama

Pemerhati iklan ini menambahkan, umumnya iklan didesain lebih berpihak pada produk, bukan kepada anak.

Sebab di dalamnya ada sejumlah kepentinganan yang melibatkan banyak industri, baik periklanan, media, dan produsen produk.

"Tidak heran bila tayangan iklan produk makanan dan minuman untuk anak-anak di TV tidak secara terbuka memaparkan komposisi yang terkandung dalam produknya saat beriklan, karena fokusnya lebih untuk menjual produk semata, tanpa nilai edukasi," terangnya.

Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, lanjut Winny, perbaikan gizi anak yang saat ini 0-9 tahun harus diutamakan.

Sebab, mereka nanti di 2045 akan berusia 35-45 yang menjadi pemegang pemerintahan dan roda kehidupan di Indonesia.(esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibu Supiyah Sosok Sederhana tapi Ulet, Untung Rp 20 Juta per Bulan


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Iklan   Makanan  

Terpopuler