jpnn.com - Supiyah, 56, warga warga Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, itu menciptakan empat cemilan yang disukai wisatawan domestik jika berkunjung di kota itu. Produk rumahannya itu kini dijual di sejumlah toko oleh-oleh di sekitar Tangerang. Seperti apa?
TUMPAK M TAMPUBOLON, Tangsel
BACA JUGA: Cium Tangan Kedua Orang Tua Saat Pergi Kerja, Omzet Puluhan Juta per Bulan
Sinar matahari cukup menyengat di Jalan Caringin, RT 04/07, Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangsel, Kamis (20/07).
Akibatnya, hiruk pikuk warga di tempat itu nampak berkurang. Suasana sepi pun sangat kental terasa di lingkungan warga yang cukup asri itu.
BACA JUGA: Coba deh 8 Tips Ampuh Menekan Nafsu Makan
Meski panas, tapi di rumah berwarna abu-abu terlihat keramaian. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan kaum perempuan di tempat tersebut.
Canda tawa para kaum hawa di sana terdengar sampai di jalan lingkungan tersebut. Di sana mereka tengah mengemas makanan ringan berbahan pisang.
BACA JUGA: Kurang Tidur Mengakibatkan Anda Makan Lebih Banyak?
Berdaster batik orange, dengan rambut diikat perempuan paruh baya menyapa ramah INDOPOS (Jawa Pos Group).
Perempuan bernama Supiyah itu merupakan warga asli di wilayah tersebut. Ibu anak lima ini memberikan cemilannya yang renyah dan nikmat di lidah untuk dicicipi.
Candaan bersama putri dan cucunya di rumah itu menambah kemeriahan suasana pengemasan panganan ringan ini.
Sembari bekerja nenek enam cucu ini bercerita geliat usaha cemilannya itu. Tangan kanannya memasukan beberapa cemilan ringan ke dalam plastik. Supiyah mengaku, awal usahanya dimulai pada 2013.
Saat itu dia melihat banyaknya pohon pisang yang ada dipinggiran Sungai Cisadane tidak dimanfaatkan warga.
Dari sana dia pun mencoba membuat jajanan ringan itu untuk anak dan para cucunya di dalam rumah.
”Ini cikal bakal usaha pengembangan bisnis cemilan ini. Tidak langsung besar seperti sekarang. Awalnya hanya iseng saja buat keripik pisang buat cemilan di rumah,” katanya.
Karena keluarganya itu menyukai kuliner maka cemilan dia buat sebagai pengganti jajan anaknya ke sekolah.
Kini, usaha Supiyah juga bukan hanya keriping pisang tapi bertambah menjadi beberapa jenis. Mulai dari kembang goyang, keripik pisang, keripik bawang, dan keripik singkong.
Semua pembuatan makanan ringan ini dibuatnya berdasarkan keahliannya memasak. Karena selama ini tugasnya hanya jadi ibu rumah tangga.
Tak lama, Supyiah pun berhenti bercerita, karena dia harus mengemas ceminlannya yang akan dipesan oleh beberapa gerai oleh-oleh usaha kecil menengah (UKM) di wilayah Tangerang.
Tangannya sangat lihai memasukan beragam panganan ringan yang dapat disebut oleh-oleh khas Tangsel ini ke dalam plastik.
Tak ada makanan yang rapuh ini patah atau rusak saat tangan Supiyah memasukannya ke dalam kemasan.
Nenek enam orang cucu ini kembali melanjutkan kisah usaha kecilnya itu. Supiah menyatakan, perluasan usahanya itu mulai pertengahan 2103.
Saat itu dia hanya menjajakan panganan ini kepada para tetangga. Dalam sehari dia pun mampu membuat delapan sampai sepuluh paket cemilan dari beberapa bahan baku.
Untuk penjualan dia membandrolnya Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu per bungkus. ”Memang dirintis dari nol, karena daya beli warga sini rendah,” paparnya.
Maklum, katanya juga, dulu di sini banyak warga tidak mampu. ”Jadi modalnya kadang balik kadang rugi. Tapi tetap saja harus saya lakoni karena saya yakin usaha ini akan berkembang,” selorohnya.
Karena tidak punya modal, Supiyah meminjam dana ke sebuah perbankan untuk mengembangkan usahanya di wilayah Tangerang.
Kucuran pun dia dapatkan pada 2014, sebesar Rp10 juta. Dari dana itu dia pun langsung melakukan aksi membuat cemilan ringan ini sendiri dengan dibantu oleh lima anaknya itu di rumah.
”Dari modal ini saya terus memutar otak menyebarluaskan produk makanan ini. Akhirnya usaha keras ini membuahkan hasil,” ucapnya juga.
Dari usahanya itu, Supiyah dapat menyekolahkan dan menguliahkan kelima anaknya. Bahkan, dia mengaku bisa membeli rumah. ”Alhamdulilah semua sudah dapat saya nikmati seperti ini,” paparnya.
Supiyah cerita, untuk membuat lebih dari 800 bungkus keripik pisang per harinya, dia harus menyedikan 30 tandan pisang.
Lalu 200 kilogram tepung terigu untuk membuat 600 bungkus kembang goyang, dan keripik bawang. Serta 400 kilogram untuk membuat 700 bungkus keripik singkong.
Cemilan ringan buatan tangannya itu diberinama Yoga Tangsel. Untuk harga jual, Supiyah membandrolnya Rp 3.000/bungkus.
”Saya pakai jasa adik untuk antarkan cemilan ini ke beberapa gerai UKM di Tangerang. Ya pelan-pelan saya tidak menduga ini laris manis. Ada beberapa resep yang saya dapat agar rasa cemilan ini nikmat. Untungnya saya putar lagi buat beli bahan baku, saya juga pelan-pelan naikan harga agar konsumen tidak kabur,” jelasanya.
Supyiah juga mengatakan, dua tahun belakangan usaha cemilannya laris manis. Dalam satu minggu dia mendapatkan omzet Rp 5 juta- Rp 8,5 juta.
Sejak 2016 sampai 2017 usahanya berkembang, omzetnya pun naik. Keuntungan usaha UKM Supiyah mencapai Rp 20 juta per bulan.
Kini, Supiyah cukup terkenal berkait keuletannya membangun usaha sendiri. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Menu Khusus Pesanan Barack Obama, Kangen Kali ya
Redaktur & Reporter : Soetomo